PIKIRAN RAKYAT - Jika Anda warga Kota Bandung dengan orangtua berasal dari Garut, Tasikmalaya, atau wilayah Priangan Timur lainnya, riwayat kepindahan domisi patut ditelisik. Bisa jadi perpindahan tersebut terkait dengan konflik pemerintah/TNI dengan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) puluhan tahun lalu.
Setidaknya, dua kali warga Jawa Barat memiliki pengalaman pahit karena mesti mengungsi akibat konflik dan perang.
Mereka terpaksa meninggalkan rumah saat berkecamuknya konflik pemerintah dan DI/TII. Demikian pula kala perjuangan kemerdekaan melawan Belanda tengah berkobar.
Pada era yang lekat dengan istilah zaman gorombolan itu, Kota Bandung kebanjiran para pengungsi dari daerah sekitarnya karena kekacauan di perkampungan dan desa-desa akibat konflik bersenjata tersebut. Jumlah penduduk kota pun bertambah.
Agung Suryamal, yang pernah menjabat Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jabar adalah salah satunya contohnya.
Dalam kegiatan ”Tepang Juragan Priangan Timur” di Kantor Bank Indonesia Tasikmalaya, Jalan Sutisna Senjaya, Kota Tasikmalaya, beberapa waktu lalu, Agung menguraikan riwayat kepindahan orangtuanya dari Garut ke Bandung lantaran konflik pemerintah dan DI/TII yang mengusik keamanan warga.
Migrasi warga daerah ke Kota Bandung akibat konflik itu juga tercatat dalam buku Basa Bandung Halimunan: Bandung Taun 1950-1960-an yang ditulis wartawan senior dan sastawan Us Tiarsa.