PIKIRAN RAKYAT - Ratusan nelayan selatan Palabuhanratu Sukabumi menambatkan perahunya. Mereka menghentikan aktivitasnya, seiring gelombang laut yang semakin tinggi. Mereka tidak mau mengambil resiko. Apalagi BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) memperkirakan akan muncul gelombang setinggi 8 meter dalam beberapa hari ke depan.
Apalagi sudah dua pekan terakhir ini, intensitas gelombang tinggi cenderung semakin meningkat. Sehingga para nelayan terpaksa menunggu gelombang laut kembali normal.
Sementara perahu-perahu ditambatkan jauh dari perkampungan nelayan. Untuk mengantisipasi gelombang tinggi, yang bisa saja menghanyutkan perahu-perahu mereka. Bahkan tidak sedikit perahu hancur akibat hantaman gelombang tinggi.
Baca Juga: Berkata Kasar kepada Ibunya saat Malam Takbir, Pemuda Asal Garut Nekat Tusuk Sang Adik hingga Tewas
"Karena perkampungan berada tidak jauh dari pesisir laut, terpaksa perahu- perahu kami ditambatkan jauh dari perkampungan nelayan. Kami tidak mau mengambil resiko, perahu hancur dan terbawa gelombang laut," kata nelayan Minajaya, Palabuhanratu, Hasan.
Hasan mengatakan, gelombang tinggi berdampak serius bagi nelayan. Akibat tidak bisa melaut, sangat mengangganggu pendapatan. Padahal, mereka hanya memiliki kemampuan mencari ikan di laut lepas.
Baca Juga: New Normal, Pemerintah Harus Perhatikan Pendidikan di Pesantren
"Banyak nelayan hilang pendapatan ya, karena rusak dan terbawa gelombang pasang laut. Padahal harganya cukup mahal kisaran Rp 50 hingga Rp 100 juta per unit. Karena itu, para nelayan lebih memilih menjauhkan perahu dari jangkauan gelombang laut. Caranya dengan memarkirkan perahu di badan jalan yang tidak akan terjangkau oleh hantaman ombak," katanya.
Menurut Hasan, gelombang tinggi yang bisa menghancurkan perahu-perahu nelayan tersebut bisa mencapai hingga 8 meter. "Tidak hanya mengancam aktivitas, tapi dikhawatirkan dapat memporak-porandakan perkampungan nelayan. Kami siap-siap mengungsi bila gelombang tinggi memang terjadi," katanya. ***