PIKIRAN RAKYAT - Kelangkaan serta mahalnya harga ayam umur sehari (DOC) mengakibatkan sekira 95 peternak ayam mandiri mengsongkan kandang.
Sementara itu munculnya wabah Covid-19 juga memberi andil semakin terpuruknya usaha peternakan ayam rakyat tersebut.
“Saat ini harga ayam memang tinggi, akan tetapi peternak tetap gigit jari. Peternak mandiri tidak mampu memasukkan DOC ke dalam kandang, karena selain harganya mahal juga barangnya tidak ada. Akibatnya sekitar 95 persen peternak tidak memasukkan bibit ke dalam kandang,” tutur Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Herry Dermawan, Senin, 1 Juni 2020.
Baca Juga: Sumedang Berlakukan New Normal Mulai Selasa 2 Juni 2020, Berikut Panduan di Tempat Kerja dan Ibadah
Dia mengatakan kebutuhan bibit ayam umur sehari atau DOC mencapai 70 juta ekor per minggu, akan tetapi saat ini produksinya hanya mencapai 40 juta.
Ternyata sebagian besar anak ayam berumur kurang dari 10 hari tersebut dibudidaya oleh pihak integrator atau produsen bibit dan pakan ayam, sedangkan yang keluar atau dijual hanya sebagian kecil.
“Sebelumnya, awal bulan puasa harga DOC sekira Rp 4.000 akan tetapi saat ini naik menjadi Rp 8.000. Yang menjadi dilema adalah harga sudah mahal, barangnya juga tidak ada. Di satu sisi peternak ingin bangkit, akan tetapi di sisi lain harus menghadapi kenyataan yang menyakitkan seperti itu,” ujarnya.
Baca Juga: Sejumlah Warga Garut Terdampar di Papua Terdampak PSBB
Tidak hanya menguasai DOC untuk budidaya sendiri, tambahnya, pihak integrator juga mulai merambah pasar becek, atau pasar tradisional.
Padahal selama ini pasar tradisional merupakan pasar utama bagi peternak ayam mandiri. Apabila kondisi tersebut terus berlanjut, kata Herry, peternak ayam mandiri bakal tutup,