kievskiy.org

Menjaga Tradisi Bubur Suro, Wujud Rasa Syukur Masyarakat

Sjumlah warga bergotong-royong memasak bubur suro di Dusun Cibalamoha, Desa Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jumat 19 Agustus 2022 lalu.
Sjumlah warga bergotong-royong memasak bubur suro di Dusun Cibalamoha, Desa Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jumat 19 Agustus 2022 lalu. /Pikiran Rakyat/Adang Jukardi

PIKIRAN RAKYAT - Tradisi syukuran hajat lembur dan bubur suro, sampai saat ini masih dilestarikan sebagian masyarakat Indonesia, termasuk di Jawa Barat. Tradisi bubur suro dilaksanakan untuk me­rayakan Tahun Baru Islam. Bubur suro mulai dimasak sejak perayaan Tahun Baru Islam, 1 Muharam.

Tradisi bubur suro sebagai wujud rasa syukur masyarakat untuk menda­pat keselamatan, umur panjang, dan diberikan rezeki yang luas dari Allah swt.

Tradisi tersebut masih dijalani warga Dusun Cibala­moha, Desa Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jumat 19 Agustus ­2022 lalu.

Bubur suro dimasak warga secara bergotong-royong. Kebanyakan adalah ibu-ibu. Proses pembuatannya me­ma­kan waktu berjam-jam. Biasanya, dimulai sejak pagi hari.

Baca Juga: Resep Risol Mayo Margo yang Viral di TikTok, Dijamin Enak dan Anti Gagal

Bahan bakunya ialah yakni beras, kacang tanah, dan santan. Bahan-bahan itu dicampur, dimasak, dan diaduk terus-menerus hingga tercampur rata.

Menanggapi tradisi bubur Suro di daerahnya, Camat Cisarua, Eneng Yulia bersyukur bahwa warganya hingga kini terus menjaga dan melestarikan tradisi tersebut. Tradisi itu penuh makna dan mengandung filosofi yang baik, yakni mempererat silaturahmi, serta mendoakan alam dan seisinya. Sekaligus, mendoa­kan keselamatan dan kesejahteraan warga.

Tradisi bubur suro itu, kata Yulia, sudah menjadi tradisi masyarakat setiap memasuki perayaan Tahun Baru Islam, 1 Muharam.

"Tradisi ini untuk meles­tarikan warisan leluhur, sekaligus wujud syukur kepada Yang Mahakuasa," kata Yulia, seperti dilaporkan kontributor "PR" Adang Jukardi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat