kievskiy.org

Banyak Lulusan SMA Memilih Jadi PMI, Ada yang Sukses, Ada yang Pulang Bawa Anak

Mantan tenaga kerja Indonesia berjualan lotek di Blok Kaputren, Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka. Hampir 40 persen warga blok tersebut pernah bekerja di luar negeri.
Mantan tenaga kerja Indonesia berjualan lotek di Blok Kaputren, Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka. Hampir 40 persen warga blok tersebut pernah bekerja di luar negeri. /Pikiran Rakyat/Tati Purnawati Pikiran Rakyat/Tati Purnawati

PIKIRAN RAKYAT - Sejumlah remaja lulusan SMA/SMK sederajat di Blok Kaputren, Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka banyak yang lebih memilih untuk bekerja di luar negeri menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) dengan negara tujuan Hong Kong, Taiwan, Korea, atau Jepang.

Pertimbangannya, gaji yang ditawarkan lebih tinggi mencapai belasan hingga puluhan juta, dibandingkan harus melanjutkan sekolah yang belum tentu bisa mendapat kerja yang lebih baik dengan gaji tinggi.

Tak heran jika banyak orang tua yang begitu anaknya lulus SMA/SMK, diminta untuk berangkat ke luar negeri.

Karena tingginya pekerja migran ini, masyarakat setempat banyak yang menguasai 2-3 bahasa karena saking sering dan lamanya bekerja di luar negeri. Siti Badriyah dan Nunung Nuraeni misalnya.

Baca Juga: Jokowi Ancam Tak Lagi Kirim TKI, Malaysia Ketar-Ketir

“Saya 8 tahun di Taiwan dan Nunung 12 tahun, jadi wajar kalau kami mampu berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa Taiwan atau Mandarin,” ungkap Siti Badriyah.

Warga lainnya juga sangat fasih menggunakan bahasa Inggris, Arab, atau Korea. Biasanya, mereka mengajari anak muda yang hendak berangkat ke luar negeri.

Tokoh pemuda setempat Yahya Sunarya menyebutkan, hampir 40 persen lebih warga di kampungnya, bekerja keluar negeri dengan negara tujuan Singapura, Korea, Jepang, Taiwan, serta Arab Saudi. Bulan ini ada sekitar 60 orang yang bekerja di luar negeri.

“Bagi lulusan SMA atau SMK, mereka bekerja di Taiwan, Jepang, Korea, atau Singapura. Yang berpendidikan rendah sekadar SD sederajat bekerjanya ke negara Timur Tengah, ada yang ke Dubai, Abu Dhabi, Kuwait, Oman, Qatar, atau Turki. Tidak semua sukses karena yang pulang bawa anak atau hamil juga banyak," kata Yahya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat