kievskiy.org

Jumlah Klaster Keluarga Tinggi, Ahli Epidemiologi Peringatkan Pemkot Bogor

Ilustrasi Covid-19
Ilustrasi Covid-19 /Pixabay pixabay

PIKIRAN RAKYAT - Ahli Epidemiologi dari Universitas Indonesia memperingatkan Pemerintah Kota Bogor untuk benar-benar mengawasi pasien positif Covid-19 yang menjalankan karantina mandiri di rumah. Kepala Departemen Epidemiologi FKM Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengaku cukup kaget dengan keberadaan klaster keluarga yang cukup tinggi di Kota Bogor yakni mencapai 36,88 persen.

Berdasarkan data 3 Agustus 2020, ada 46 orang positif Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, dan 40 orang yang menjalani karantina mandiri. Jika tidak diawasi, maka mereka berpotensi menjadi klaster penularan baru.

Menurut Yunis, jika Kota Bogor akan menerapkan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), seharusnya jumlah 86 orang yang dikarantina ini bisa diisolasi dengan baik, baik yang di rumah sakit maupun mandiri.

Baca Juga: RUU Cipta Kerja Terus Dibahas Meski Banyak Ditentang, Damar: Abai, Buta, Tuli pada Aspirasi Rakyat

“Jadi harus diawasi dengan ketat, namanya karantina harus benar-benar diam di rumah. Kalau mereka butuh bantuan beri bantuan,” ujar Tri Yunis di Posko GTPP Kota Bogor, Kamis 6 Agustus 2020.

Yunis menambahkan, mengawasi pasien yang dikarantina, pemerintah daerah juga harus menyampaikan pentingnya karantina di rumah dalam upaya memutus rantai penyebaran Covid-19.

Dia mengaku merasa kaget karena berdasarkan data penyebaran Klaster di Kota Bogor (10 Maret - 3 Agustus), klaster luar Kota Bogor tertinggi jumlahnya dibandingkan klaster lain, yakni sebanyak 111 orang.

Baca Juga: Fabio Quartaro Buka Peluang Samai Rekor Pembalap Yamaha Pada Tahun 1980 Jika Juarai MotoGP Brno 2020

“Dari data klaster luar kota, ternyata yang keluar kota menggunakan kendaraan pribadi ada 80 persen. Jadi, harus dievaluasi lagi, sebetulnya penularannya di mana,” sebut Yunis.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat