kievskiy.org

Tradisi Kawin Cai di Kuningan yang Masih Lestari hingga Kini

Upacara Kawin Cai di Batu Kawin Balong Dalem, sekitar Desa Babakanmulya, Kecamatan Jalaksana, beberapa tahun yang lalu.
Upacara Kawin Cai di Batu Kawin Balong Dalem, sekitar Desa Babakanmulya, Kecamatan Jalaksana, beberapa tahun yang lalu. /Pikiran Rakyat/Ajun Mahrudin

PIKIRAN RAKYAT - Di Desa Babakanmulya, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan ada Tradisi Kawin Cai yang setiap tahun dilaksanakan masyarakat setempat, terutama saat musim kemarau, bertepatan bulan Rabiulawal, biasanya sore hari. Di tahun 2023 ini, tradisi Kawin Cai dilaksanakan, Kamis, 5 Oktober 2023 sore.

Suhada (69), tokoh pupuhu Kawin Cai, mengatakan tradisi Kawin Cai sebagai bagian budaya masyarakat Desa Babakanmulya, mengandung maksud syukuran kepada Sang Pencipta, simbol memelihara lingkungan sekitar.

Dalam pelaksanaannya, Kawin Cai membawa air dari Balong Cibulan, Desa Maniskidul. Selanjutnya air dari Balong Cibulan, ditumpahan di sekitar Batu Kawin Balong Dalem. Sebelum air Cibulan ditumpahkan di lokasi tersebut, terlebih dahulu diadakan upacara adat mapag cai.

Suhada mengatakan, air telah memberikan kebahagiaan bagi manusia. Itu berkah yang patut disyukuri. Sebaliknya jika tidak menjaga dan memelihara, tentu air akan mendatangkan malapetaka. Oleh karena itu, pohon sebagai sumber air jangan ditebang sembarangan.

Baca Juga: TNI Bangun Sumur Bor untuk Atasi Krisis Air Bersih di Kuningan

“Filosofinya untuk mengingatkan, soal pentingnya merawat dan melestarikan mata air. Tradisi ini sudah sejak puluhan, bahkan mungkin ratusan lalu,” kata Suhada, seperti dilaporkan pada Minggu, 8 Oktober 2023.

Upacara Kawin Cai di Batu Kawin Balong Dalem, sekitar Desa Babakanmulya, Kecamatan Jalaksana, beberapa tahun yang lalu.
Upacara Kawin Cai di Batu Kawin Balong Dalem, sekitar Desa Babakanmulya, Kecamatan Jalaksana, beberapa tahun yang lalu.

Seniman dan Budayawan Kuningan, Nding Masku, menyebut hingga kini tradisi Kawin Cai erat kaitan dengan cerita Begawan Resi Makandria yang pernah bertapa di Balongdalem. Di tempat itu Begawan Resi Makandria, alias Sang Kebo Wulan atau sang Tari Wulan melihat sepasang burung Si Uwur-uwur dan Si Naragati.

Sepasang burung tersebut, bersarang di tempat yang biasa dipakai tempat bersuci oleh Begawan. Entah bagaimana, anak burung tersebut dimakan oleh induk jantan atau bapanya. Melihat anak burung dimakan oleh bapaknya, induk burung betina marah.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat