kievskiy.org

Kisah 2 WNI yang Bertahan Jadi Mukimin di Makkah karena Dekat dengan Kabah

Syamsul Arifin, WNI yang sudah 20 tahun tinggal di Makkah.
Syamsul Arifin, WNI yang sudah 20 tahun tinggal di Makkah. /Pikiran Rakyat/Eva Fahas

PIKIRAN RAKYAT - Syamsul Arifin sudah 20 tahun tinggal di Makkah. Karenanya, ia disebut mukimin atau sama dengan penduduk setempat.

Pria asal Bangkalan, Madura, ini mengawali kedatangannya ke Tanah Haram pada tahun 2004. Ketika itu, ia mendapat pekerjaan sebagai pemandu perjalanan jemaah.

Perlahan tapi pasti, pekerjaan Syamsul semakin membuat betah. Terlebih ia bisa kapan saja pergi umrah dan berhaji.

Baca Juga: Penyebab Terbesar Kematian Jemaah Haji Indonesia di Tanah Suci: Komorbid dan Aktivitas Berat

Ayah dari tiga putra ini mengaku hingga memasuki usia tak lagi muda masih saja merantau jauh dari kampung halaman. Selain penghasilannya masih dibutuhkan keluarga, adalah keagungan Kabah di Masjidil Haram yang membuatnya bertahan.

"Saya kalau bukan di Makkah rasanya sudah pulang saja. Meski jauh dari keluarga, tapi saya mau di Makkah karena dekat Kabah. Tenang rasanya," kata pria berusia 56 tahun ini.

Jika musim haji tiba, Syamsul kerap terpilih menjadi petugas penyelenggara ibadah haji Arab Saudi. Sudah sejak 13 tahun terakhir ia mengabdi pada tugas pelayanan bagi jemaah haji Indonesia.

Baca Juga: Tembus 60 Orang, Berikut Nama-Nama Jemaah Haji yang Meninggal Dunia di Tanah Suci

Tugasnya sebagai pengemudi kendaraan operasional petugas haji selama di Mekah. Berbekal pengetahuannya sebagai mukimin Haramain, membuat Syamsul kerap dipercaya untuk menunjukkan arah dan rute.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat