kievskiy.org

Apa Hukumnya Jika Sholat Subuh Tidak Baca Doa Qunut?

Ilustrasi sholat.
Ilustrasi sholat. /Pikiran Rakyat/Oktaviane Putri Vadilah Oktaviane Putri Vadilah

PIKIRAN RAKYAT - Doa Qunut dibaca ketika sholat subuh, tepatnya setelah i'tidal dan sebelum sujud rakaat terakhir.

Imam Syafi'i menganjurkan membaca doa qunut dalam sholat subuh. Pendapatnya ini diikuti oleh mayoritas ulama ahli hadits. Ada beberapa hadits yang menjadi dasar argumentasi Imam Syafi'i dan pengikutnya dalam menganjurkan membaca qunut pada saat Sholat Subuh.

"Dari Muhammad bin Sirin, berkata: "Aku bertanya kepada Anas bin Malik: "Apakah Rasulullah SAW membaca qunut dalam sholat subuh?' Beliau menjawab: Ya, setelah ruku' sebentar." (HR Muslim, Hadits nomor 1578).

Dari Anas bin Malik, berkata: "Rasulullah SAW terus membaca qunut dalam Sholat Subuh sampai meninggalkan dunia." (HR. Ahmad: III/162, HR. Ad-Daraquthi: II/39, HR. al-Baihaqi: 11/201 dan lain-lain dengan sanad yang shahih).

Dua hadits di atas dishahihkan oleh Imam Nawawi dalam kita Al-Majmu' Syahrul Muhadzdzab (3/504). Imam Nawawi berkata, "Hadits tersebut shahih, diriwayatan oleh banyak kalangan huffazh dan mereka menilainya shahih. Di antara memastikan keshahihannya adalah Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Ali al-Balkhi, al-Hakim Abu Abdillah dalam beberapa tempat dalam kitab-kitabnya dan al-Baihaqi. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Daraquthni dari beberapa jalur dengan sanad-sanad yang shahih.

Bacaan Doa Qunut Sholat Subuh

اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Allahummahdini fî man hadait, wa ‘âfini fî man ‘âfait, wa tawallanî fî man tawallait, wa bâriklî fî mâ a‘thait, wa qinî syarra mâ qadhait, fa innaka taqdhî wa lâ yuqdhâ ‘alaik, wa innahû lâ yazillu man wâlait, wa lâ ya‘izzu man ‘âdait, tabârakta rabbanâ wa ta‘âlait, fa lakal hamdu a’lâ mâ qadhait, wa astagfiruka wa atûbu ilaik, wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa sallam

Artinya: “Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada kami sebagaimana mereka yang telah Engkau tunjukkan. Dan berilah kesehatan kepada kami sebagaimana mereka yang Engkau telah berikan kesehatan. Dan peliharalah kami sebagaimana orang yang telah Engkau peliharakan. Dan berilah keberkahan kepada kami pada apa-apa yang telah Engkau karuniakan. Dan selamatkan kami dari bahaya kejahatan yang Engkau telah tentukan. Maka sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan terkena hukum. Maka sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau pimpin. Dan tidak mulia orang yang Engkau memusuhinya. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha tinggi Engkau. Maha bagi Engkau segala pujian di atas yang Engkau hukumkan. Aku memohon ampun dari Engkau dan aku bertaubat kepada Engkau. (Dan semoga Allah) mencurahkan rahmat dan sejahtera untuk junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.”

Doa qunut tersebut dibaca pada saat shalat sendiri. Jika Sholat berjamaah, imam dianjurkan mengubah lafal ihdini menjadi ihdina. Karena dalam pandangan Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu'in dimakruhkan berdoa untuk diri sendiri pada saat doa bersama. Dia menegaskan:

وكره لإمام تخصيص نفسه بدعاء أي بدعاء القنوت للنهي عن تخصيص نفسه بدعاء، فيقول الإمام: اهدنا

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat