kievskiy.org

Menempuh Jalur Negatif

VIA negativa.*
VIA negativa.* /DOK. PR

SEORANG mahasiswa bertanya kepada pembimbing akademiknya, “Apa yang membuat disertasi selamat dalam ujian, padahal saya tidak tahu apa yang dimaui penguji?”

Sang mahasiswa mengaku telah melakukan apa pun yang bisa dikerjakan. Tak sedetik pun waktu ia habiskan, kecuali memikirkan bagaimana cara membuat disertasi yang baik.

Puluhan buku dan ratusan jurnal dia lahap. Dia catat hal-hal penting dari apa yang dibacanya, lalu disisipkannya kedalam naskah.

Baca Juga: Tahun 2020, Kesempatan Beasiswa S1 Hingga S3 di Tiongkok Terbuka Lebar bagi 3.000 Mahasiswa

Baca Juga: ITB Anugerahkan Gelar Doktor Kehormatan kepada Menteri PUPR Basuki Hadimuljono

Akan tetapi, semakin banyak yang dia tuliskan, semakin besar pula keraguannya. Bahkan ketika pembimbingnya sudah membubuhkan tanda tangan persetujuan ujian sidang, kecemasannya tak kunjung hilang.

Dia pun sadar sepenuhnya, dunia kampus mestinya tunduk pada objektivitas. Gerak langkahnya hanya dipandu nalar dan kaidah-kaidah akademik. Tetapi tidak jarang, emosi dan selera pribadi warga kampus menutupi penilaian objektifnya.

Sejak berabad-abad silam, Plato melukiskan manusia seperti penunggang kuda yang berlari kencang. Sang penunggang adalah nalar, sedangkan lari kuda adalah emosi. Nalar berusaha mengatur ritme dan kedalaman emosi, namun seringkali lepas kendali. 

Meski bingung, mahasiswa tadi sesungguhnya berada di jalan yang benar untuk lulus sidang dengan hasil yang baik.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat