kievskiy.org

Pembunuhan Ibu Anggota DPR oleh ART dan Refleksi tentang Kematian

Ilustrasi. Kematian selalu penuh dengan misteri.
Ilustrasi. Kematian selalu penuh dengan misteri. /Pixabay/Ray_Shrewsberry

PIKIRAN RAKYAT - Mengantuk itu nikmat, tapi lebih nikmat lagi tidur. Sedangkan yang lebih nikmat dari tidur adalah mati. Kalimat itu diucapkan oleh filsuf Jerman, Schopenhauer. Kematian dan diskursusnya bukan hal yang mudah diperbincangkan. Hal ini disebabkan dua hal. Pertama, pengetahuan manusia tentang kematian sangat terbatas karena kematian sebuah misteri, wamaa tadrii nafsun madza taksibu ghadan. Kedua, nuansa kesedihan dan ketakutan sering meliputi tatkala membicarakan kematian.

Berita wafatnya Iin Casinih, ibunda anggota DPR H. Bambang Hermanto, SE., sungguh sangat mengagetkan. Selain karena Iin sebelumnya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja, cara beliau meninggal juga dianggap tidak wajar. Almarhumah meninggal akibat dibunuh oleh asisten rumah tangganya (ART). 

Iin Casinih orangnya baik, suka memberi, dan rajin menghadiri acara pengajian atau majelis taklim. Almarhumah juga rutin menunaikan puasa sunah Senin-Kamis, peduli kepada anak yatim dengan memberikan makanan atau uang tunai untuk berbagi kasih.

Almarhumah juga sosok ibu yang tidak ingin merepotkan orang lain. Sungguhpun anak-
anaknya sudah berkehidupan mapan, ia lebih memilih untuk hidup sendiri di rumahnya.
Tetapi, inilah keputusan Tuhan, semua serbamisterius. Tidak ada yang tahu kapan dan di
mana akan meninggal, namun kematian pasti menjemput. Suatu saat, kita harus pulang karena Sang Pemilik sejati adalah Tuhan, walau kita berharap untuk hidup selama mungkin sebagaimana ungkapan Chairil Anwar dalam salah satu puisinya, "Aku ingin hidup seribu tahun lagi!"

Baca Juga: Babak Baru Pembunuhan Ibu Anggota DPR di Indramayu, Polisi Dalami Dugaan Pencurian

Manusia, menurut Quraish Shihab, selalu khawatir dan bersedih hati dalam menghadapi
kematian karena ingin hidup selamanya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an, “Salah seorang di antara mereka berkeinginan untuk dihidupkan seribu tahun” (QS. 2: 98).

Bahkan, Nabi Adam juga terusir dari surga  karena tergiur oleh janji palsu Iblis yang merayunya dengan kata-kata, “Maukah kamu kutunjukkan pohon kekekalan dan kekuasaan yang tiada habisnya?” (QS. 20:120).

Inilah beberapa ilustrasi sifat manusia yang lupa akan peringatan-peringatan Tuhan.
Sartre, filsuf kontemporer Prancis, memberikan nasihat untuk mengurangi kesedihan dan rasa takut menghadapi kematian dengan mengingatkan dua hal. Pertama, bahwa kematian adalah resiko kehidupan. Tidak seorangpun yang hidup kecuali akan mati. Kedua, semakin banyak orang disentuh malapetaka, semakin ringan setuhannya di hati mereka.

Malapetaka kematian menyentuh semua orang, karenanya ia seharusnya tidak menimbulkan kesedihan yang berlarut.

Islam, seperti yang diungkapkan dalam Al-Qur'an mengingatkan bahwa “Setiap yang
bernyawa akan merasakan kematian” (QS. 3: 185). Bahkan, seandainya ada seseorang
yang berhak untuk hidup selamanya, pasti ia adalah Rasulullah Muhammad SAW. Namun,
beliaupun jauh sebelum wafatnya diperingatkan oleh Tuhan, bahwa “Sesungguhnya
engkau akan mati, sebagaimana merekapun akan mati” (QS. 39: 30).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat