kievskiy.org

158,3 Juta Perempuan dan Anak Terancam Miskin pada 2050, Ancaman Krisis Iklim Bukan Dongeng

Pengunjung melintas di depan panel informasi tentang iklim saat menghadiri diskusi Rembuk Kebangsaan Untuk Iklim pada Indonesia Net-Zero Summit 2023 di Jakarta Theater, Jakarta, Sabtu (24/6/2023). Diskusi yang diikuti para generasi milenial tersebut menyoroti keseriusan para calon pemimpin bangsa dalam menanggapi krisis iklim dan bonus demografi 2045
Pengunjung melintas di depan panel informasi tentang iklim saat menghadiri diskusi Rembuk Kebangsaan Untuk Iklim pada Indonesia Net-Zero Summit 2023 di Jakarta Theater, Jakarta, Sabtu (24/6/2023). Diskusi yang diikuti para generasi milenial tersebut menyoroti keseriusan para calon pemimpin bangsa dalam menanggapi krisis iklim dan bonus demografi 2045 /Antara/Indrianto Eko Suwarso

PIKIRAN RAKYAT - Koran Pikiran Rakyat edisi 5 Januari 2024 memuat berita dengan analisis yang sangat mendalam berjudul “Perubahan Iklim Berdampak pada Anak”. Perubahan iklim dapat berdampak pada kesejahteraan anak. Pemerintah didorong untuk menegakkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak untuk mencegah dan menangani dampak krisis iklim terhadap anak.

Masih menurut koran ini, berdasarkan laporan UN Woman Tahun 2023, 158,3 juta perempuan dan anak-anak dapat menghadapi kemiskinan pada 2050 sebagai dampak perubahan iklim.

Dalam laporan bertajuk “Progress on the Sustainable Development Goals: The Gender Snapsot 2023”, disebutkan bahwa perubahan iklim bisa memperburuk kerentanan perempuan terhadap kemiskinan dan kelaparan. Data lainnya, investasi dalam paket stimulus SDG dinilai bisa membantu mengurangi jumlah kemiskinan ekstrem dari 158,3 juta menjadi 43,3 juta.

Berselaras dengan itu, menurut Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR, Willy Aditya, krisis iklim dan kekerasan terhadap anak, bisa berhubungan secara langsung dan tidak. Menurutnya,kekerasan domestik terhadap anak meningkat seiring tingkat stres keluarga yang naik akibat ketidakpastian ekonomi.

Lebih lanjut, Willy mengatakan, anak-anak merupakan kelompok paling rentan terdampak perubahan iklim dari segi kesehatan. Dampak dari kerusakan lingkungan dan perubahan iklim mampu memengaruhi kesehatan fisik dan mental anak. Termasuk bisa menjadi korban kekerasan di lingkungan keluarga.

Ilustrasi, dampak emisi yang berlebihan menjadi satu penyebab krisis iklim global.
Ilustrasi, dampak emisi yang berlebihan menjadi satu penyebab krisis iklim global.

Mengutip dan sekaligus menindaklanjuti alur pemikiran Willy Aditya berkaitan dengan perlindungan anak untuk mencegah dan menangani dampak krisis iklim terhadap anak, menarik untuk mengkaji ulang bersama urgensi komunikasi krisis dalam mengomunikasikan apa yang ingin dikatakan, ingin dilakukan, dan apa yang sudah dilakukan pemerintah dalam merespons krisis iklim dan dampaknya pada anak.

Di sinilah pentingnya strategi komunikasi krisis sebagai bagian penting dalam manajemen krisis untuk melakukan komunikasi yang intens dengan masyarakat dan menyaring informasi-informasi yang dibutuhkan. Dampak krisis iklim terhadap kesehatan dan kekerasan domestik pada anak harus dipahami oleh masyarakat melalui upaya penyebaran informasi yang disampaikan oleh pemerintah.

Komunikasi Krisis

Komunikasi krisis adalah strategi mengomunikasikan apa yang ingin dikatakan, ingin dilakukan, dan apa yang sudah dilakukan organisasi dalam merespons krisis (Wasesa, 2005).

Silviani (2020) menulis, strategi komunikasi krisis merupakan bagian penting dalam manajemen krisis untuk melakukan komunikasi yang intens dengan masyarakat dan menyaring informasi-informasi yang dibutuhkan. Memahami pola krisis dapat membantu pelaku komunikasi mengantisipasi kebutuhan informasi masyarakat, pemangku kepentingan, dan media.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat