kievskiy.org

Membedakan Rida Konstruktif dan Destruktif, Jangan Salah Kaprah

Ilustrasi. Apa perbedaan rida konstruktif dan destruktif? Simak penjelasannya.
Ilustrasi. Apa perbedaan rida konstruktif dan destruktif? Simak penjelasannya. /Pixabay/51581

PIKIRAN RAKYAT - Apakah kalian sudah beriman? Demikian pertanyaan Rasulullah SAW kepada sekelompok orang Madinah yang belum lama bersyahadat. “Tentu, ya Rasulullah, kami beriman,” jawab mereka.

Rasulullah bertanya lagi, Apa bukti keimanan kalian? Mereka terdiam. Sahabat Umar bin Khattab yang kala itu berada di tengah-tengah mereka, langsung menjawab, “Kami rida atas takdir, sabar atas ujian, dan syukur atas nikmat,” kata Khalifah Umar. Rasulullah menyetujui jawaban Umar. 

Demikian Imam Ghazali menceritakan kisah tersebut dalam Ihya.

Rida adalah perintah iman. Rida berarti berdamai secara positif terhadap kenyataan yang
sudah tidak bisa diubah, walaupun kita tidak setuju. 

Setiap orang butuh kesiapan untuk bisa meridai sesuatu. Selain iman, dibutuhkan juga keikhlasan dan jembar hati.

Rida sangat berdampak positif bagi jiwa manusia, selama dijalankan sebagai rangkaian bersama sabar dan syukur yang terus bertawaf (bersirkulasi). Ketika seseorang rida, maka saat itu juga jiwanya terbuka untuk berubah. Pintu perubahan seseorang tertutup rapat ketika sikap batinnya menolak (denial).

Jiwa yang sudah terbuka untuk berubah adalah modal yang sangat bagus bagi perjuangan
mengubah kenyataan yang pasti menuntut kesabaran. Sabar adalah kekuatan untuk bertahan dalam memperjuangkan tujuan atau solusi persoalan. Sabar adalah prinsip yang tidak bisa diganti.

Rida mencegah ledakan emosi

Riset HeartMarth Institute (1988) menyimpulkan bahwa daya tahan seseorang dalam
memperjuangkan tujuan akan rendah apabila banyak ledakan emosi negatif yang tidak
terkontrol. Rida adalah sistem untuk menyimpan emosi positif dan mencegah ledakan emosi negatif.

Rida  dan sabar saja masih belum optimal, kecuali ditambah dengan syukur. Syukur berarti kita menyimpulkan hidup kita hari ini sebagai anugerah yang luar biasa, baik nikmatnya maupun persoalannya (pengalaman yang pasti ada manfaatnya).

Oleh karena itu, kita diperintah untuk membimbing hati sehabis salat dengan bacaan “Al-hamdulillah ala kulli halin wanikmatin” (Aku bersyukur atas semua pengalaman dan nikmat).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat