kievskiy.org

Cara Menyikapi Konflik dalam Tim agar Berbuah Kebaikan dan Tidak Merusak

Ilustrasi. Konflik rentan terjadi di dalam tim, bahkan keniscayaan. Konflik tidak berarti selalu buruk.
Ilustrasi. Konflik rentan terjadi di dalam tim, bahkan keniscayaan. Konflik tidak berarti selalu buruk. /Pixabay/Alexas_Fotos

PIKIRAN RAKYAT - Siapa bilang kita bisa hidup tanpa konflik? Konflik tidak bisa dihindari. Sunnatullah komunikasi membuktikan, ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain, pasti akan melahirkan konflik. Konflik adalah konsekuensi dari interaksi. Konflik amat kerap terjadi dalam sebuah tim.

Bedanya, ada konflik yang konstruktif (bermanfaat) dan ada yang destruktif (merusak). Indikasi paling dasar dari konflik yang konstruktif, meskipun rasanya tidak enak, adalah ketika konflik itu justru makin membuat mereka yang terlibat di dalamnya saling memahami, saling belajar, dan tetap memiliki perspektif yang sehat. Perspektif sehat adalah ketika seseorang bisa menempatkan kelebihan dan kekurangan orang lain secara adil.

Ini berbeda dengan konflik yang destruktif. Konflik itu memicu permusuhan, ingin saling
menghancurkan, dan masing-masing dikuasai oleh perspektif yang tidak sehat. Konflik seperti ini merusak moralitas tim dan mengundang permasalahan yang sebab-sebabnya gaib.

Sumber konflik dalam tim

Apa yang menjadi sumber konflik dalam tim? Survei terhadap 1.000 manajer di 76 perusahaan internasional di dunia mengungkap fakta baru sebagaimana dilaporkan Harvard Business Review, 31 Mei 2022.

Ada empat sumber konfliK yang paling dominan (91 persen).

  1. Masalah komunikasi (39 persen)
  2. Kejelasan standar kinerja (14 persen)
  3. Masalah waktu pekerjaan (16 persen)
  4. Masalah ekspektasi ke orang lain (22 persen).

Masalah komunikasi yang paling sering menimbulkan konflik biasanya terkait dengan skill,
karakter manusia, dan aturan main koordinasi. Saya sering mengingatkan bahwa diam itu
memang emas, tetapi diam dalam tim adalah dosa besar. Banyak masalah yang timbul karena koordinasi yang tidak jalan (diam) atau salah jalan (kacau).

Untuk meningkatkan skill, solusinya tidak lain adalah training, coaching, dan self-learning. Secara skill, setiap orang dalam tim harus mampu berkontribusi, mampu bekerja sama dengan orang yang berbeda-beda, mampu berdiplomasi, dan mampu menjaga jangan sampai konflik menjadi destruktif.

Karakter pun demikian. Karakter berkaitan dengan kualitas hati manusia. Semua skills yang
dikuasai seseorang akan mandul jika hatinya dikuasai amarah, rakus, iri, dengki, sombong. Oleh karena itu, berbagai kegiatan untuk merawat dan menjaga hati sangat diperlukan sebab hati manusia selalu berubah-ubah (state).

Terkait standar kinerja dan waktu, agar tidak menyulut konflik, standar tersebut perlu dibuat secara SMART dalam artian Specific (jelas), Measurable (dapat diukur), Attainable (dapat
dicapai), Relevant (sesuai), dan Time (jelas waktunya).

Jangan sampai hasil kerja seseorang ditolak atau disalahkan, tetapi standarnya tidak jelas.
Ketidakjelasan menimbulkan kesalahpahaman dan konflk. Standar dapat dibuat secara
refleksional (terkonsep) maupun reaksional (langsung diarahkan).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat