kievskiy.org

Rahasia Halalbihalal: Bahagia, Sehat, dan Umur Panjang

Ilustrasi halalbihalal.
Ilustrasi halalbihalal. /Pexels/Kevin Malik

PIKIRAN RAKYAT - Dalam rentang waktu sebulan atau mungkin lebih sejak Lebaran, acara halalbihalal berlangsung di mana-mana. Berbagai organisasi seperti birokrasi pemerintah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi kemasyarakatan, atau komunitas etnis melakukannya. Ini merupakan ajang silaturahmi untuk saling memaafkan, seusai mudik Lebaran yang juga bertujuan serupa.

Dalam agama Islam, baik dalam Al-Qur'an ataupun dalam hadis, tidak dikenal acara halalbihalal. Nabi juga tidak pernah mencontohkannya. Di Arab Saudi malah Idul Fitri tidak seramai di Indonesia. Idul Adha-lah yang lebih semarak di sana karena beririsan dengan ibadah haji. Frasa halalbihalal sendiri tidak ada dalam khasanah bahasa Arab. Itu hanya frasa bahasa Arab yang diplesetkan, yang mungkin maksudnya adalah saling halal menghalalkan. Islam memang memerintahkan kita untuk saling memaafkan sepanjang waktu, tetapi tidak terbatas dalam rangka Lebaran.

Salah satu manfaat dari halalbihalal, asalkan dilakukan secara ikhlas, adalah meningkatnya kesehatan kita dan bahkan harapan hidup kita. Apalagi jika silaturahmi ini kita rawat seterusnya selama hidup kita, dengan selalu memaafkan orang lain. Dalam halalbihalal, orang bisa saja bersalaman seraya tersenyum, sekadar formalitas. Namun dalam hati, ia tetap membenci, dengki, iri hati, dan tak lama setelah berhalalbihalal ia kembali berbuat zalim kepada orang lain, termasuk tetangga dan bawahan. Ia tidak mengetahui bahwa silaturahmi, baik formal atau tidak, sebenarnya bermanfaat, terutama bagi dirinya sendiri.

Halalbihalal, sebagaimana mudik adalah sejenis terapi untuk memulihkan penyakit jiwa yang diderita manusia modern, yang bekerja seperti robot tanpa jiwa, yang terus menerus menghambakan diri pada pekerjaan mereka. Mereka seperti baut atau sekrup dari sebuah mesin raksasa, yang selalu dalam kondisi panas dan ingin bersaing dan terasing dengan sesamanya, sehingga mereka menjadi stres.

Lebih dari 14 abad yang lalu Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa barang siapa yang menghubungkan silaturahmi maka umurnya akan dipanjangkan (selain rezekinya diluaskan). Menarik bahwa sabda Nabi tersebut telah dikonfirmasikan oleh berbagai temuan penelitian belakangan ini.

Komunikasi, yang merupakan sarana silaturahmi, telah dikaitkan dengan kesehatan fisik dan mental. Suatu studi paling ambisius mengenai pengaruh komunikasi terhadap kebahagiaan dan umur panjang dimulai tahun 1938 dan berlangsung 75 tahun. Seperti yang dapat kita simak dalam Ted Talk (YouTube), Robert Waldinger, psikiater yang juga Direktur ke-4 Harvard Study of Adult Development Amerika Serikat, menjelaskan bahwa hubungan yang hangat dengan orang lain (keluarga, sahabat, dan komunitas) membuat kita lebih bahagia, lebih sehat, dan berusia lebih panjang.

Awalnya penelitian ini melibatkan 724 orang dan belakangan 60 orang dengan usia di sekitar 90 tahun yang masih hidup, dilanjutkan dengan mengamati 2000 orang yang merupakan keturunan 724 orang tersebut. “Orang-orang yang pada usia 50 tahun punya hubungan terbaik adalah yang tersehat pada usia 80 tahun,” kata Waldinger.

Zona Biru

Berbagai studi serupa sesudah studi Harvard juga menghasilkan temuan senada, termasuk temuan studi Dan Buettner di lima wilayah yang disebut zona biru (Okinawa, Jepang; Ikaria, Yunani; Sardinia, Italia; Nicoya, Kosta Rika; Loma Linda, AS). Studi Buettner selama 20 tahun itu telah dibukukan dengan judul The Blue Zones: Secrets for Living Longer (2023) dan juga telah difilmkan dan ditayangkan di Netflix dengan judul Live to 100: the Secrets of Blue Zones (2023).

Studi di berbagai budaya itu menunjukkan bahwa para anggota yang memiliki hubungan akrab dengan orang lain memengaruhi harapan hidup mereka. Temuan di Okinawa paling menonjol. Rata-rata orang Okinawa berusia di atas 90 tahun masih sehat. Sedikit dari mereka yang menderita diabetes dan pikun, terutama di kalangan wanita. Umeto Yamashiro, seorang perempuan berusia 101 tahun menyampaikan rahasia umur panjangnya, yaitu antara lain: “Buatlah orang bahagia, jangan marah, jangan kesal, dan cepat memaafkan.” Orang-orang Okinawa itu menganut ikigai, yakni tujuan hidup agar bermanfaat bagi orang lain, dan moai, yakni rereongan untuk membantu orang lain yang menderita, terutama yang sakit.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat