kievskiy.org

Cukai Minuman Manis Bisa Selamatkan 450.000 Orang Indonesia, Diabetes Tipe 2 Sungguh Menyeramkan

Ilustrasi minuman berpemanis dalam kemasan.
Ilustrasi minuman berpemanis dalam kemasan. /Pixabay/evelynlo

PIKIRAN RAKYAT - Rasanya yang enak, peredaran yang mudah, serta harga yang relatif terjangkau, membuat Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK) digemari oleh masyarakat Indonesia. Data Rikesdas 2018 menunjukkan, terjadi peningkatan konsumsi MBDK setiap tahun.

Bahkan, sebagian masyarakat mengganti Air Susu Ibu (ASI) dan susu sapi murni dengan susu kental manis untuk bayi dan anak. Memang masih mengandung vitamin dan mineral, tetapi jumlahnya sangat kecil. Namun, dilihat dari segi gizi, susu kental manis justru memiliki kadar gula yang tinggi (lebih dari 50 gram) dan kadar protein yang rendah, hanya 6,5 persen.

Ilustrasi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK).
Ilustrasi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK).

Data dari UNICEF menunjukkan, satu dari lima orang anak (20 persen atau 7,6 juta) dan 1 dari 7 remaja (14,8 persen atau 3,3 juta), mengidap obesitas. Mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit tidak menular seperti jantung koroner, diabetes, dan lain-lain.

Bukan hanya bayi dan anak, data Rikesdas itu juga menunjukkan jika lebih dari 60 persen penduduk Indonesia (tiga tahun ke atas) juga mengonsumsi MPDK minimal satu kali dalam sehari.

Cukai minuman manis

Peredarannya yang belum diatur membuat konsumsi minuman manis meningkat.
Hal ini membuat percepatan kebijakan penerapan cukai untuk minuman manis sangat dibutuhkan.

Pasalnya, berdasarkan penelitian, penerapan cukai tersebut diyakini dapat menekan angka kematian yang disebabkan oleh diabetes tipe 2. Dengan cukai, diperkirakan akan ada lebih dari 450 ribu jiwa yang terselamatkan pada 2033 mendatang dari bahaya minuman manis.

Ilustrasi minuman manis bersoda.
Ilustrasi minuman manis bersoda.

Secara perekonomian, penerapan cukai ini juga bisa meningkatkan produktivitas dan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Menghitung "disability adjusted life years", potensi kerugian tahun hidup yang hilang akibat suatu kondisi medis tertentu membuat Indonesia bisa menghemat hingga Rp40,6 triliun. Itu dalam hal biaya yang dikeluarkan untuk merawat penyakit diabetes, termasuk di dalamnya kehilangan produktivitas karena diabetes.

Pemerintah pun dinilai harus melakukan aksi lebih dibanding hanya melakukan edukasi ke masyarakat. Misalnya, dengan menciptakan lingkungan pangan yang sehat. Lalu, menerapkan kebijakan-kebijakan lain yang dapat mendukung masyarakat untuk memilih pangan yang lebih baik.

Ilustrasi susu kental manis.
Ilustrasi susu kental manis.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat