kievskiy.org

Menumbuhkan Kebiasaan Membaca dalam Keluarga Bisa Membangun Keharmonisan

Ilustrasi keluarga.
Ilustrasi keluarga. /Pixabay/OpenClipart-Vectors

PIKIRAN RAKYAT - Di masa Kabinet Gotong Royong Presiden Megawati Soekarnoputri, Menteri Pendidikan Nasional, Abdul Malik Fadjar mencetuskan Hari Buku Nasional. Dan sejarah hari buku ditetapkan berdasarkan berdirinya perpustakaan nasional, yaitu pada 17 Mei 1980. Pasalnya, kala itu minat baca masyarakat Indonesia masih rendah dan minim literasi.

Peristiwa itu bertujuan untuk menumbuhkan minat baca dan membiasakan membaca buku masyarakat. Bisa dikatakan buku adalah sumber informasi. Dari hasil membaca buku maka pengetahuan dan wawasan seseorang semakin bertambah. Buku menjadi jendela literasi.

Membaca akan menarik tatkala sesuai dengan apa yang diinginkannya. Menjadi suka ketika sesuai dengan bahan bacaan yang diminati. Banyak pelajaran dari membaca, seperti memperkaya kosakata, menambah informasi dan mengasah perilaku. Literasi beriringan dengan pendidikan. Semakin literasi berkembang maka seseorang semakin kaya pendidikan.

Kehadiran gemar membaca tak bisa secara tiba-tiba dan sendirinya. Namun adanya cipta kondisi dengan sengaja, memperhatikan keadaan, waktu dan minat bahan bacaan. Bagaimana cara menjodohkan anggota keluarga dengan buku di rumah? Yang pertama tentunya yaitu kenali orang tersebut. Misalnya, jika anak menyukai bacaan petualangan, maka kenalkan anak dengan bahan bacaan yang bernuansa petualangan.

Demikian pula anggota keluarga lainnya menyukai novel atau komik, otomatis kenalkan dengan buku atau bahan bacaan novel dan komik. Apabila telah menampakan minat dan kemauan membaca pada tema atau bahan bacaan, maka tentukan waktu yang tepat dalam membaca.

Selanjutnya, mengkondisikan tempat membaca. Atmosfer keadaan turut menentukan keasyikan saat membaca buku. Di mana pun tempatnya, baik di dalam rumah, teras atau pelataran yang kondusif dan santai tetap bisa mendukung untuk mencari bahan bacaan dan membacanya. Berbeda jika ada ruang baca di rumah. Buku dan bahan bacaan tertata rapi serta mudah dijangkau oleh siapapun.

Keluarga sebagai pondasi awal pendidikan. Dalam membersamai pendidikan tentu diimbangi dengan khasanah keilmuan dan pengetahuan. Hal itu salah satunya diperoleh dengan kebiasaan membaca yang dimulai dari lingkungan keluarga. Begitu penting kehadiran buku. Pasalnya, kegemaran membaca akan mengantarkan kemampuan seseorang dalam literasi.

Ketertarikan

Di era serba digital seperti sekarang ini, membaca tak harus hadir secara fisik bahan bacaannya. Buku, majalah, surat kabar, jurnal dan sebagainya bisa diperoleh tanpa tercetak dengan kertas. Namun materi bacaan tersaji dalam format digital yang bisa diakses secara jaringan, melalui komputer, laptop dan gadget.

Ketertarikan orang membaca, baik anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua dipengaruhi oleh berbagai macam lasan, seperti tokoh yang diceritakan, ketertarikan alur cerita, kombinasi warna dan gambar yang bagus, maupun pemilihan bahasa yang digunakan penulis dalam menyampaikan idenya. 

Kehadiran buku dalam format digital semakin melengkapi minat baca orang. Bukan malah sebaliknya, menggeser kehadiran bacaan sebelumnya yang berupa cetak. Karena format cetak dan format digital memiliki fungsi serta penggunaannya sendiri-sendiri. Tujuan digitalisasi adalah meningkatkan pengetahuan seseorang dengan cara membaca dan memperoleh informasi yang bermanfaat melalui format lain.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat