Disclaimer: Mikiran Yayat adalah konten parodi. Informasi di dalamnya dibuat untuk hiburan semata dan bukan fakta.
PIKIRAN RAKYAT - Tren kenaikan harga beras masih tetap berlanjut hingga kini. Harga beras di pasaran berkisar di Rp15.000 per kilogram untuk beras premium dan Rp12.500 per kilogram beras medium. Menanggapi hal itu, Kepala Bulog cabang Cikadut, Gigih Sumanto, mengatakan, “Perlu diklarifikasi mengapa beras sampai naik di pasaran, padahal kita tahu pasaran mah lain keur ngagotong beas, tapi keur ngagotong mayit," kata Gigih.
Menurut Gigih, kenaikan beras dipengaruhi banyak faktor, di antaranya faktor perubahan iklim. Fenomena La Nina yang kini melanda Pantai Batu Karas, ditambah fenomena La Nini yang melanda Pantai Karang Nini turut mempengaruhi iklim yang tidak menentu yang menyebabkan banyak sawah gagal panen. “Fenomena La Nina dan La Nini menjadi masalah. Panen sering gagal gara-gara si Nina dan si Nini”.
Gigih pun menjelaskan, mengatasi fenomena La Nina dan La Nini ini bisa dilakukan lewat teknologi modern maupun secara tradisional dengan penangkal jampe–jampe yang dirapalkan. Menurut tradisi, La Nina bisa ditangkal dengan menyanyikan lagu “nina bobo” seribu kali sampai si Nina bobo tibra. Kalau menangkal La Nini mah, tinggal menyanyikan lagu “nini-nini make cutbray ka jalan” seribu kali sampai si nini dicarekan ku si aki."
Baca Juga: MotoGP Mandalika 2023: Aspal Licin, Jorge Martin Baluri Ban dengan Kotoran Hewan
Menghadapi kenaikan harga beras, Gigih memandang langkah diversifikasi pangan menjadi salah satu upaya tepat. “Meski makanan pokok kita nasi, kita tidak bisa tergantung dengan nasi saja, masih banyak jenis pangan lain yang mengandung karbohidrat seperti lontong, bacang, kupat, leupeut, dan sebagainya," kata Gigih dengan raut wajah yang kawas nu heueuh dan bersikeras menampik kalau makanan–makanan tersebut sama-sama terbuat dari bahan dasar sangu karena teu bisa diakeul.
Gigih pun menegaskan, meskipun harga beras naik, dia menjamin kualitas beras tidak akan turun. “Saya jamin kualitas beras akan tetap baik. Biarpun nama saya Gigih, tapi saya jamin beasnya tidak akan jadi sangu gigih. Karena sangu gigih itu perlu kegigihan dalam mengunyahnya,” jawab Gigih.
Bahkan Gigih juga berencana akan merebranding jenis nasi yang selama ini dipandang tidak bagus kualitasnya. “Selama ini, sangu bear dinilai kurang bagus kualitasnya karena teksturnya berhamburan. Saya akan rebranding sangu bear agar bagus citranya. Susu saja setelah namanya ditambahkan bear, langsung terkenal jadi susu beruang. Seharusnya sangu juga kalau ditambahkan bear, bisa jadi nasi beruang,” kata Gigih menutup perbincangan.***