PIKIRAN RAKYAT - Ketergantungan Indonesia akan barang impor masih sangat tinggi. Termasuk dalam pengadaan alat-alat kesehatan yang menunjang penanggulangan pandemi Covid-19.
Kementerian Riset dan Teknologi atau Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong pengembangan inovasi dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan terhadap barang atau bahan impor tersebut.
Demikian diungkapkan Menteri Ristekdikti/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro dalam paparan Bakti Inovasi Indonesia untuk Penanggulangan Covid-19 di Provinsi Jawa Barat, di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa, 8 Desember 2020.
Baca Juga: Babak Belur Dihajar Pandemi, Penjualan Motor Drop Hingga 45 Persen
"Kami melihat bahwa kebutuhan penanganan Covid-19 itu masih sangat tinggi sementara upaya untuk memenuhi baik itu dalam bentuk suplemen alat kesehatan ternyata juga masih ketinggalan. Di berbagai berita sering terdengar pasien yang kemudian gagal ditolong Karena kesulitan ventilator di rumah sakit, yang mengeluh kekurangan ventilator juga keluhan dari para dokter tenaga kesehatan selain beban kerja yang begitu tinggi juga risiko terpapar Covid- 19 karena aktivitas yang mereka lakukan," ujar dia.
"Dengan melihat itu seperti yang disampaikan Pak Gubernur tadi analogi tadi menggunakan istilah berperang karena tepat sekali dengan apa yang menjadi dasar dari berlangsungnya inovasi selama masa pandemi," ucap dia melanjutkan.
Diaku dia, seharusnya inovasi tidak hanya muncul, tidak hanya berkembang ketika ada kejadian luar biasa seperti pandemi Covid-19. Namun memang tidak bisa disangkal bahwa dalam kehidupan di Indonesia ini sudah terlalu lama terbuai dengan bahan untuk membeli apapun yang bersifat impor.
Baca Juga: Indonesia Banjir Investasi dari China, Mantan Pimpinan KPK Khawatir: Saya Sangat Takut
Artinya, lanjut dia, mungkin fasilitas yang diberikan oleh para vendor dan demikian juga demikian juga aktivitas dari agen-agen penjual tersebut yang begitu aktif baik di lingkungan pemerintah, di lingkungan swasta di Indonesia sehingga ketergantungan terhadap produk impor secara tidak sadar telah mempengaruhi semua pihak.
"Dan akhirnya ketika Covid-19 menjadi pandemi barulah kita sadar data-datanya muncul ke permukaan bahwa 94% kebutuhan alat kesehatan kita impor dan impornya enggak tanggung-tanggung dari yang memang alat-alat canggih sampai kepada alat-alat yang sederhana," kata Bambang.