kievskiy.org

Hikayat Hamot, Pasukan Liar Bumiputera Bantu Agresi Pertama Belanda ke Republik

Konvoi Divisi  7 Desember Belanda saat melewati kota Cikarang dalam perjalanannya ke Kerawang pada 1947.
Konvoi Divisi 7 Desember Belanda saat melewati kota Cikarang dalam perjalanannya ke Kerawang pada 1947. /Koleksi Nederlands Nationaal Militair Museum

PIKIRAN RAKYAT - Rabu, 21 Juli 2021 lalu, tepat 74 tahun peristiwa Agresi Militer 1 Belanda terjadi. 

Pada 24 Juli 1947, pasukan Belanda menyerbu wilayah Republik Indonesia dan mengkhianati Perjanjian Linggarjati. 

Uniknya, peristiwa bersejarah yang menandai dimulainya Perang Kemerdekaan perdana itu mencatatkan kiprah para pembelot pribumi yang tergabung dalam Hare Majesteits Ongeregelde Troopen (Hamot) atau Pasukan Liar Ratu. 

Mereka menjadi salah satu ujung tombak pasukan Belanda kala menerobos garis demarkasi dan berhadapan dengan para pejuang kemerdekaan, saudara sebangsanya sendiri. 

Bagaimana kisahnya?

 Baca Juga: Lebaran Masyarakat Jawa Barat Tempo Dulu, dari Nganteuran, Mercon, Hingga Main Ceki

Tengah malam pada 20 Juli 1947, Van Mook menggelar konferensi pers guna mengumumkan keluarnya Belanda dari kesepakatan Perjanjian Linggarjati. 

Perwakilan Negara Kincir Angin tersebut mengistilahkan pengingkaran perjanjian tersebut dengan "kebebasan beroperasi" Belanda yang dilanjutkan di Indonesia. 

"Saat konferensi berlangsung, sekitar 120 prajurit Hamot di bawah komando Bavinck melintasi garis demarkasi di Tambun, sebelah timur front Jakarta, untuk menembus garis pertahanan Republik," ujar Robert Cribb dalam bukunya, Para Jago Dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945-1949.

 Baca Juga: Jejak Jasana Obor Pasundan (JOP), Organisasi yang Menjadi Rahim Lahirnya Pejuang Kemerdekaan

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat