kievskiy.org

Mural dan Penguasa yang Kesal, Lupakah Kita pada 'Merdeka Ataoe Mati'?

Mural 'Medeka ataoe Mati'.
Mural 'Medeka ataoe Mati'. /Dok. PT KAI

PIKIRAN RAKYAT - Aksi aparat menghapus mural yang diduga memuat gambar mirip Jokowi dengan tulisan '404:Not Found' di kolong jembatan layang Jalan Pembangunan 1, Batujaya, Batucepet, Kota Tangererang menjadi sorotan publik.

Bukan hanya mural di Tangerang, mural bertuliskan 'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit' di Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur turut dihapus oleh aparat setempat.

Aksi aparat menghapus mural tersebut dinilai banyak pihak sebagai bentuk pengekangan masyarakat untuk berpendapat. Seolah-olah, pemerintah ketakutan terhadap kritik yang disampaikan lewat mural tersebut.

Padahal jika dilihat dari sejarahnya, mural yang dimanfaatkan sebagai media mengekspresikan pendapat sudah ada sejak dulu.

Baca Juga: Mural '404: Not Found' Jadi Polemik, Sujiwo Tejo: Perlu Hidupkan Pendidikan Mural Pancasila

Dosen jurusan desain komunikasi visual Institut Teknologi Telkom Purwokerto, Arsita Pinandita, M.Sn., mengungkapkan, sejak awal kumunculannya mural dimaknai sebagai 'melukis dinding dengan keindahan'.

Karena mural dibuat di tempat publik, bukan hal yang mengherankan jika karya seni tersebut menjadi salah satu bentuk komunikasi visual termasuk di antaranya kritik, informasi, hingga upaya persuasif.

Jika mural sukses membuat para penguasa kesal hingga kelabakan, tak ingatkah kita pada mural bertuliskan "Merdeka ataoe Mati" yang sudah ada sejak Indonesia memperjuangkan kemerdekaan?

Setelah proklamasi, saat Belanda datang lagi ke Indonesia dengan membonceng sekutu, jalanan dipenuhi tulisan-tulisan yang jadi ekspersi perjuangan bangsa.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat