PIKIRAN RAKYAT - Indonesia Police Watch mempermasalahkan pengangkatan pejabat Polri yang dinilai kental dengan orang-orang dekat Presiden Joko Widodo sehingga mengganggu sistem karier yang telah terbangun lama.
Tudingan IPW itu sempat dibantah oleh pihak istana. Namun, Ketua Presidium IPW Neta S Pane menilai bantahan tersebut tidak sesuai kenyataan.
Neta menyebut pengangkatan perwira tinggi yang terjadi saat ini di Polri sebagai fenomena "Geng Solo". Menurutnya, dalam menentukan posisi di Polri, sah-sah saja Jokowi memilih kolega-koleganya yang dulu berdinas di Solo karena ini bagian dari privilese atau hak istimewa seorang Panglima Tertinggi.
Cara seperti ini dipandang Neta menjadi berkah tersendiri bagi perwira yang pernah bertugas di Solo. "Namun hendaknya dalam menggunakan privilese itu, Jokowi tidak merusak tatanan, hierarki, dan sistem karier yang sudah dibangun Polri sejak lama," katanya, Selasa, 25 Desember 2019.
Baca Juga: Presiden Jokowi Perintahkan Ahok dan Erick Thohir Bangun Kilang dalam Tiga Tahun
Ia mencontohkan mantan Kapolresta Solo yang karirnya sangat moncer. Kapolda NTB Irjen Nana Sudjana sebagai lulusan Akpol 1988B disebutnya melompat menjadi Kapolda Metro Jaya.
"Inilah pertama kali dalam sejarah Polri ada Kapolda dari luar Jawa yang langsung menjadi Kapolda Metro Jaya. M Iriawan saja dari NTB ke Jabar dulu dan ke Propam, baru kemudian menjadi Kapolda Metro Jaya," katanya.
Ia lalu mencontohkan Listyo Sigit Prabowo. Lulusan Akpol 1991 itu kini menjabat Kabareskrim Polri dengan pangkat Komjen. Selama ini, ujarnya, perwira yang menjadi Kabareskrim adalah Irjen senior yang pernah menjabat Kapolda tipe A.
"Yang paling spektakuler adalah Ahmad Lutfi. Usai menjabat Kapolresta Solo dan sukses mengawal pernikahan Putri Jokowi, ia langsung mendapat promosi sebagai Wakapolda Jawa Tengah," katanya.