kievskiy.org

ACT Distribusikan Pangan untuk 10.000 Keluarga Prasejahtera Indonesia

Sejumlah warga prasejahtera di Jakarta menerima Wakaf Card yang dapat digunakan untuk mendapatkan bantuan beras dari program Sahabat keluarga Prasejahtera Indonesia.*
Sejumlah warga prasejahtera di Jakarta menerima Wakaf Card yang dapat digunakan untuk mendapatkan bantuan beras dari program Sahabat keluarga Prasejahtera Indonesia.* /ACTNews/Adi Ilman ACTNews/Adi Ilman

PIKIRAN RAKYAT - Laporan Global Hunger Index 2018 menyebutkan persoalan kelaparan di Indonesia berada pada peringkat 73 di dunia dengan skor 21,9. Dengan angka tersebut, Aksi Cepat Tanggap (ACT) berikhtiar mengentaskan persoalan kelaparan dengan memberikan layanan pangan (beras dan air) gratis untuk keluarga prasejahtera Indonesia. ACT terus menjangkau masyarakat luas melalui peluncuran awal program Sahabat Keluarga Prasejahtera Indonesia (SKPI) pada Jumat (07/02). 

SKPI merupakan program pemberian beras gratis kepada keluarga prasejahtera guna memenuhi kebutuhan dan mencegah ketimpangan pangan di Indonesia. Beras yang diberikan ke berbagai keluarga prasejahtera di Indonesia berasal dari Lumbung Beras Wakaf dan didistribusikan menggunakan Humanity Rice Truck. Sebelum peluncurannya, program Sahabat Keluarga Prasejahtera Indonesia telah menjangkau 42 desa di Bandung, Tasikmalaya, Yogyakarta, Blora, dan Malang pada akhir 2019. Puluhan ton beras telah diterima 42.000 penerima manfaat. 

Ahyudin selaku Ketua Dewan Pembina Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyampaikan bahwa masalah-masalah kemanusiaan yang selama ini menjadi pekerjaan rumah di ACT, bukanlah hanya masalah bencana alam. Namun, ada begitu banyak kesengsaraan, kemiskinan, dan lain sebagainya yang kemudian menjadi dasar lahirnya berbagai program unggulan, salah satunya program SKPI. 

Baca juga: Keluarga Nelayan dan Prasejahtera di Belawan Nikmati Beras Wakaf

“Kami tidak hanya membersamai korban bencana alam, namun juga saudara-saudara kita yang masih dilanda krisis kemanusiaan. Ada berbagai fenomena, di mana banyak saudara kita yang harus jadi pengungsi. Belum lagi saudara-saudara kita di negara-negara konflik, banyak yang masih dijajah. Ini yang kami sebut tragedi kemanusiaan. Ada lagi bencana lainnya yang perlu selalu kita ingat yaitu kemiskinan. Seperti yang kita tahu, negeri ini tidak hanya darurat bencana alam, tetapi juga darurat kemiskinan. Namun, kita harus melihatnya dengan sikap optimis. Kemiskinan membuka lahan amal untuk kita agar semakin peduli sesama,” ungkap Ahyudin. 

Sementara itu, kehadiran Lumbung Beras Wakaf yang menyuplai beras untuk program Sahabat Keluarga Prasejahtera Indonesia tidak terlepas dari pengelolaan dana wakaf yang baik, amanah dermawan melalui Global Wakaf-ACT. Ahyudin menambahkan, jumlah Lumbung Beras Wakaf akan terus ditambah untuk meluaskan maslahat wakaf. “Insyaallah target kami bisa mendirikan 100 Lumbung Beras Wakaf yang bisa mempekerjakan lebih dari 5.000 orang. Selain itu, kami ingin juga meluaskan maslahat wakaf. Wakaf yang kami maksud bukan berupa masjid, tanah, kuburan, tetapi wakaf beras, wakaf air, dan lumbung-lumbung pangan dan air yang didanai oleh masyarakat sehingga lebih produktif. Mudah-mudahan dengan layanan seperti ini, maka akan meluas juga partisipasi sedekah dari umat untuk sesama,” jelas Ahyudin.

Ia berharap, program Sahabat Keluarga Prasejahtera Indonesia yang didukung oleh Lumbung Beras Wakaf dapat menjadi solusi bagi persoalan pangan masyarakat Indonesia yang membutuhkan. “Sepuluh ribu keluarga prasejahtera di Jakarta akan segera menerima beras dan Air Minum Wakag dari kami. Insyaallah akan menyusul di provinsi-provinsi lain. Setiap bulan kami juga akan mengirimkan 5 kilogram beras wakaf untuk setiap keluarga prasejahtera yang terdaftar. Mudah-mudahan ke depannya bisa menjadi 10 kg,” tambah Ahyudin.

Baca Juga: Berpuluh Tahun BUMN Pangan Masih Tidak Sehat, Kedaulatan Pangan Jadi Impian

Sri Eddy Kuncoro selaku Direktur Program ACT juga menambahkan bahwa kebutuhan dan ketahanan pangan adalah hal yang sangat penting hingga dapat mempengaruhi ideologi atau kedaulatan suatu bangsa. “Ketika pangan tidak dapat tercapai itu menjadi tantangan besar suatu bangsa. Tantangan bangsa ini, adalah untuk terus memenuhi atau bahkan swasembada pangan. Berdasarkan data, jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah sebesar 25,14 juta jiwa. Di sisi lain berdasarkan data pula, fluktuasi kenaikan harga pangan, akan menaikkan 26% angka kemiskinan. Berdasarkan itulah, kami menyediakan program Sahabat Keluarga Prasejahtera Indonesia. Kami berharap keluarga prasejahtera di Indonesia dapat terpenuhi kebutuhan pangannya. Melalui program ini, kami juga terus mendampingi para penerima manfaat untuk berdaya dan berdaulat. Kami mengelola data-data penerima manfaat dan program yang berjalan ini tersistematis melalui sistem IT,” ungkap Eddy.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat