kievskiy.org

Orangtua Kehilangan Penghasilan dan Tak Kelola Mental, Kekerasan pada Anak Meningkat Saat Pandemi

ILUSTRASI kekerasan terhadap anak.*
ILUSTRASI kekerasan terhadap anak.* /PIXABAY

PIKIRAN RAKYAT – Pandemi Covid-19 dengan imbauan di rumah saja, mempengaruhi kondisi mental orangtua dan anak.

Relasi yang belum terbangun selaras, ditambah ketidakmampuan orangtua mengelola mental saat harus kehilangan pekerjaan misalnya, turut menyebabkan kasus kekerasan terhadap anak.

Tidak terkecuali pada anak berusia dini, kata Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Leny Nurhayati Rosalim.

Baca Juga: Kenang Sikap Didi Kempot saat Bertemu di Solo, Judika: Dia Datang dengan Kerendahan Hatinya


"Hanya dalam jangka waktu tiga minggu dalam periode 2 hingga 2 April 2020, kekerasan pada anak mengalami peningkatan. Sebanyak 368 kasus kekerasan dialami 407 anak," ujar Leny dalam webinar "Wajah Baru PAUD di Indonesia Pasca Pandemi COVID-19 : Sinergi Sekolah dan Keluarga" yang diselenggarakan PG PAUD UHAMKA, seperti dilansir Antara, Minggu, 16 Mei 2020.

Dia menambahkan banyak orang tua yang belum siap dengan kondisi untuk tetap di rumah. Serta belum adaptif dengan kondisi yang ada saat ini.

"Selain itu, belum terbangun relasi yang setara dan orang tua belum siap menjadi pengasuh yang baik," kata dia lagi.

Baca Juga: Komentar Lionel Messi jika La Liga Berlanjut di Tengah Wabah COVID-19

Kondisi seperti itu, lanjut dia, banyak memunculkan konflik baru. Hal itu yang menyebabkan meningkatnya kekerasan di rumah baik pada pasangan maupun anak. Terutama anak usia dini.

"Orang tua berada di rumah, anak juga belajar dari rumah. Orang tua kehilangan sumber pendapatan, cemas tidak mampu membayar tagihan, banyak yang tidak mampu mengelola mentalnya. Akibatnya pelariannya dengan melakukan kekerasan pada anak atau anggota keluarga lainnya," terang dia.

Sejumlah perubahan terjadi pada anak, mulai dari kekerasan pada anak, anak tidak senang belajar di rumah, anak tidak bahagia, dan anak bosan berada di rumah.

Baca Juga: Satreskrim Polres Surabaya Amankan Pelaku Pengembang Perumahan, Modus Berlabel Syariah

Survei yang dilakukan Forum Anak terkait pandemi COVID-19, menyatakan bahwa 99 persen anak menyatakan belajar di rumah itu sangat penting. Kemudian 58 persen menyatakan perasaan tidak menyenangkan selama menjalani program belajar di rumah. Sebanyak 49 persen anak juga menyatakan bahwa program belajar dari rumah membebani anak dengan tugas yang banyak.

Dia menambahkan, idealnya orang tua harus mampu menciptakan suasana gembira. Pengasuhan anak pada masa pandemi harus mengalami transformasi.

Leny juga memberikan sejumlah saran pengasuhan anak pada saat pandemi yakni luangkan waktu untuk dihabiskan bersama anak, gunakan kalimat positif dan kembangkan perilaku positif pada anak.

Baca Juga: Persib dalam Sejarah: Dimulai 1961, Menang dari Persija Awal Tradisi Konvoi Juara Maung Bandung

Selanjutnya, tetap tenang dan kelola stres, membuat rutinitas harian yang fleksibel dan konsisten, terbuka tentang informasi COVID-19, dan mengarahkan perilaku anak yang buruk.

Untuk menciptakan iklim yang positif di rumah pada masa pandemi COVID-19 memerlukan komitmen, komunikasi, dan kreatif serta aksi.

Selain itu, KPPPA juga menyediakan layanan konseling bagi orang tua yang menggalami gangguan psikologis pada saat pandemi COVID-19.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat