kievskiy.org

Masyarakat Menjerit, Gas Elpiji 3 Kg Terancam Langka karena Invasi Rusia ke Ukraina

Akibat harga gas elipiji nonsubsidi terus merangkak naik akibat invasi Rusia ke Ukraina, gas elipiji subsidi 3 kilogram alias gas melon terancam langka.
Akibat harga gas elipiji nonsubsidi terus merangkak naik akibat invasi Rusia ke Ukraina, gas elipiji subsidi 3 kilogram alias gas melon terancam langka. /Antara/Yusuf Nugroho

PIKIRAN RAKYAT - Harga gas nonsubsidi 5,5 kilogram dan 12 kilogram mengalami kenaikan sejak pekan lalu.

Harga gas elipiji 12 kilogram di Jakarta Timur dilaporkan meroket hingga Rp190 ribu, dari harga sebelumnya Rp165 ribu.

PT Pertamina (Persero) sebelumnya menetapkan penyesuaian harga terhadap gas elipiji nonsubsidi.

Harga gas elipiji nonsubsidi naik secara bertahap sebesar Rp1.600 hingga Rp2.600 per kilogram.


Hal tersebut dilakukan untuk merespons tren peningkatan harga Contract Price Aramco (CPA) yang mencapai 21 persen dari harga rata-ratanya sepanjang tahun 2021.

Selain itu, adanya invasi Rusia ke Ukraina juga berimbas pada lonjakan harga minyak dan gas di level internasional.

Akibatnya, masyarakat menjerit. Tak sedikit yang berusaha menekan pembengkakan pengeluaran.

"Sejak harganya naik, pembeli gas jadi menurun," ujar Suryadi, salah satu distributor gas di Ciracas, Jakarta Timur dikutip Pikiran-Rakyat.com (PR) dari Antara pada Senin, 7 Maret 2022.

 
 
Walhasil, masyarakat pengguna gas elipiji nonsubsidi akhirnya memilih untuk beralih ke gas melon atau gas elipiji subsidi 3 kilogram yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin.

"Biasanya beli tiga tabung, sekarang hanya pesan satu tabung. Ada juga yang mulai beralih ke elpiji subsidi," ujarnya lagi.

Migrasi konsumen gas elpiji nonsubsidi ke subsidi yang terus meningkat diprediksi akan menyebabkan kelangkaan gas subsidi 3 kilogram.

 
Suryadi meminta pemerintah berupaya menekan harga gas nonsubsidi agar tidak memberatkan masyarakat. "Agar bisa terjangkau untuk masyarakat," sebutnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat