kievskiy.org

Rocky Gerung: Seandainya Jokowi Diapit Syahrir dan Hatta, Bukan Luhut dan Moeldoko

Luhut Pandjaitan (kiri) dan Presiden Jokowi (kanan).
Luhut Pandjaitan (kiri) dan Presiden Jokowi (kanan). /Antara Foto/Puspa Perwitasari

PIKIRAN RAKYAT - Pengamat politik, Rocky Gerung menilai bahwa big data klaim Menko Marinves Luhut Binsar Pandjaitan adalah sumber kekacauan yang terjadi pada saat ini. Menurutnya, merawat bangsa adalah dengan pikiran, big ideas bukan dengan big data.

"Jadi yang terjadi sebenarnya karena tidak paham Ideas of Democracy, berkumpul itu artinya mengucapkan pikiran bukan menyerangkan pukulan," ucap Rocky Gerung dikutip Pikiran-Rakyat.com dari kanal YouTube Total Politik, Kamis, 14 April 2022.

Rocky membayangkan, apabila saat ini Pemerintahan Presiden Jokowi diapit oleh Sutan Syahrir dan Mohammad Hatta, maka pembicaraan yang terjadi adalah tentang ide gagasan yang besar bukan soal big data.

"Sialnya yang mengapit pak Jokowi adalah pak Luhut dan pak Moeldoko maka terjadilah kekacauan dalam mengkoordinasikan ide," ujar Rocky Gerung.

Baca Juga: Nelayan Cirebon Keluhkan Solar Subsidi Langka, Ridwan Kamil Dapat Arahan dari Jokowi

Rocky juga menyayangkan isu big data bisa memecah belah negeri seperti yang terjadi saat ini. Karena menurutnya, negeri ini didirikan oleh buku, oleh ide, tapi berakhir dipecah belah dengan big data.

"Apa pentingnya big data itu, yang penting adalah big ideas", kata Rocky Gerung.

Rocky juga mengemukakan bahwa awal berdirinya bangsa ini karena peran dari Sutan Syahrir, Ir. Soekarno, dan Mohammad Hatta yang terus berjuang untuk membentuk suatu gagasan ide yang besar agar bangsa ini bisa maju.

"Syahrir, Soekarno dan Hatta adalah sosialis, mereka membaca buku untuk membentuk big ideas bukan big data," kata Rocky Gerung.

Baca Juga: Mahasiswa Banten Gelar Aksi, Sikapi Pemerintahan Jokowi yang Dianggap Sengsarakan Rakyat

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat