PIKIRAN RAKYAT – Ekonom transportasi dan energi dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) Alloysius Joko Purwanto menyebut langkah pemerintah untuk ganti mobil dinas jadi mobil listrik patut diapresiasi.
Namun, ia menggarisbawahi bahwa langkah tersebut perlu dikaji matang-matang. Sebab jika tidak, ia menilai transisi ini malah akan jadi bumerang.
Adapun beberapa hal yang harus jadi pertimbangan menurutnya adalah soal pendanaan dan kesiapan infrastruktur.
Baca Juga: Pemerintah Targetkan 15,3 Juta Pengguna Kompor Gas Beralih ke Kompor Listrik pada 2025
Mengenai pendanaan, Alloysius membagi pandangnya jadi dua, yakni kesiapan pendanaan jangka panjang dan jangka pendek.
Ia menilai, dari jangka pendek, kebijakan transisi mobil listrik terlihat tidak adil. Apalagi, momentum yang dipilih adalah ketika masyarakat masih turun melancarkan gelombang protes kenaikan BBM.
Menurutnya, meski pemerintah sudah memberikan bantuan BLT BBM, sikap demo masyarakat menunjukkan mereka tidak percaya pada efektivitas BLT.
Sedangkan, berbanding terbalik, bila dilihat secara jangka panjang, Alloysius menilai investasi ke mobil listrik adalah kebijakan yang tepat.
"Namun, kalau kita mau melihat jangka panjang, kebijakan pengurangan BBM dan investasi di teknologi bersih seperti kendaraan listrik bagi saya adalah kebijakan yang tepat," katanya.