kievskiy.org

Resmikan Pengolahan Sampah dengan RDF di Cilacap, Luhut Sebut Hasilnya 40.000 Ton Briket Sehari

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, meresmikan tempat pengolahan sampah dengan sistem refuse derived fuel (RDF) di Cilacap.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, meresmikan tempat pengolahan sampah dengan sistem refuse derived fuel (RDF) di Cilacap. /Pikiran-rakyat.com/Eviyanti

PIKIRAN RAKYAT - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, meresmikan tempat pengolahan sampah dengan sistem refuse derived fuel (RDF) di Cilacap, Jawa Tengah.

RDF mampu mengolah sampah sebanyak 120 ton per hari dengan  briket yang dihasilkan mencapai 30-40 ribu ton. Selain mengurangi penumpukan sampah, RDF juga disebut mampu mengurangi emisi gas buang dan metana hingga 19.000 ton.

"RDF  bisa menjadi salah satu solusi persoalan sampah di berbagai daerah. Sampah-sampah di RDF nantinya akan diolah menjadi briket alternatif bahan bakar pengganti batu bara," kata   Menko Luhut, disaat peresmian, Selasa, 21 Juli 2020.

Baca Juga: Putus dengan PKS, Demokrat Berkoalisi dengan PKB dan Nasdem, Usung Sahrul Gunawan ?

Peresmian itu dihadiri  Menteri Kelautan dan Perikananan Edhy Prabowo, Menteri ESDM Arifin Tasrif, hingga Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati.

Menko Luhut menambahkan, RDF bisa kembangkan di daerah  untuk mengatasi permasalahan sampah. "Bisa dibangun di daerah sehingga produksi sampah  28.000 ton sampah per hari ini bisa kita selesaikan dengan RDF," terang Luhut.


Oleh karena dia akan mengusulkan dalam rapat internal dengan Presiden segera dibuat RDF lagi karena biaya pembuatannya berkisar Rp70 miliar hingga Rp 80 miliar per unit. RDF bisa dibangun di daerah yang ada pabrik semennya.

Baca Juga: Masa Lalu Istrinya Terungkap, Rizky 2R Ungkap Kisah Taaruf hingga Menikah

  RDF rencananya akan  dimasukkan sebagai program pada tahun 2020 atau paling lambat tahun 2021 untuk dibuat di beberapa daerah. Mengenai costnya, menurut Menko  jika dibuat banyak maka cost  akan diturun.

“Banyak kota di Indonesia yang sampahnya di bawah 200 ton dan dekat dengan pabrik semen bisa dimanfaatkan,” ucapnya.   

Fasilitas RDF di Cilacap adalah yang pertama di Indonesia. Pembangunannya merupakan kerjasama antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kedutaan Besar Denmark.

Baca Juga: Palestina atau Israel? Xi Jinping Sebut Posisi Tiongkok Sudah Jelas dan Konsisten

Pemprov Jateng, Pemkab Cilacap dan  PT. Solusi Bangun Indonesia (dahulu PT. Holcim) dengan nilai investasi total sebesar 90 Milyar Rupiah.

Penggunaan briket sebagai bahan bakar, khususnya di industri, diyakini bisa menurunkan emisi gas buang dan metana mencapai 19 ribu ton. Luhut menyatakan potensi RDF bisa dikembangkan di seluruh Indonesia.

Fasilitas pengolahan sampah tersebut dioperasikan Pemerintah Kabupaten Cilacap bekerja sama dengan PT. Solusi Bangun Indonesia (PT. SBI) yang akan mengolah 120 ton sampah per hari menjadi kurang lebih 50 ton RDF yang kemudian akan diumpankan ke kiln semen PT. SBI sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara.eviyanti

Briket tersebut dijual dengan harga Rp 300 ribu per ton (US$ 20) untuk industri atau lebih murah dari batubara yang harga jualnya berkisar US$ 40-50 per ton.

“Meski demikian, energi briket ini tidak kalah dengan batubara, yaitu 3.000 kalori,” katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat