kievskiy.org

Ali Mochtar Ngabalin Cap Abraham Samad hingga Novel Baswedan Cs Gila karena Desak Ketua KPK Mundur

Ilustrasi - Penyidik senior KPK Novel Baswedan (kanan) bersama pegawai yang tidak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK) menanggalkan identitas pekerjaannya saat hari terakhir bekerja di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis, 30 September 2021.
Ilustrasi - Penyidik senior KPK Novel Baswedan (kanan) bersama pegawai yang tidak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK) menanggalkan identitas pekerjaannya saat hari terakhir bekerja di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis, 30 September 2021. /ANTARA/Indrianto Eko Suwarso

PIKIRAN RAKYAT - Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin turut buka suara terkait aksi demonstrasi para mantan pimpinan hingga penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Menurutnya, orang-orang yang meminta Firli Bahuri mundur dari jabatannya sebagai Ketua KPK merupakan orang-orang yang 'gila'.

Dia mengatakan, penyampaian aspirasi dalam bentuk apapun merupakan hal yang sah dalam demokrasi. Namun, Ali Mochtar Ngabalin mencibir desakan Abraham Samad hingga Novel Baswedan Cs yang menginginkan agar Firli Bahuri dicopot.

"Dalam menanggapi apa yang dilakukan oleh mantan pimpinan, penyidik, kalau nggak salah Dewas, maupun penasihat KPK yang melaporkan ketua KPK Jenderal Firli atas pelanggaran, atas dugaan pelanggaran etik dan pidana ke Dewas KPK, saya kira biasa-biasa saja di alam demokrasi," tuturnya, Selasa, 11 April 2023.

Baca Juga: Abraham Samad: Firli Bahuri Sudah Sangat Diduga Kuat sebagai Tersangka Pembocoran Penyelidikan Korupsi

"Yang jadi persoalan juga kalau orang-orang ini ikut demonstrasi menggelar pamflet, spanduk, dan yang lebih gila lagi itu mendesak mundurnya ketua KPK," kata Ali Mochtar Ngabalin menambahkan.

Dia pun menyindir balik mantan pimpinan dan penyidik KPK yang menggelar aksi demonstrasi pada Senin, 10 April 2023. Menurutnya, Abraham Samad dan mantan pegawai KPK lainnya mengidap postpower syndrome.

"Saya kira, ini jangan anda salah juga kalau ada yang menilai bahwa ada semacam terjadi postpower syndrome dalam diri mantan pimpinan, penyidik, dewas, bahkan penasihat ini. Ya seperti itu publik," ujar Ali Mochtar Ngabalin.

"Jadi, di alam demokrasi boleh saja orang memberikan penilaian berbeda, termasuk anda menilai," ucapnya menambahkan.

Baca Juga: Tak Cuma Sekali, Firli Bahuri Pernah Dilaporkan ke Dewan Pengawas KPK Berkali-kali dengan Kasus yang Beragam

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat