kievskiy.org

Susah Sinyal, Warga Kampung Ciames Bandung Barat Masih Kesulitan Akses Internet

Seorang pelajar memperlihatkan gim yang tengah dimainkannya di sebuah saung di Kampung Ciames, Desa Gunungmasigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (7/6/2023). Karena sulit memperoleh sinyal, warga Ciames mesti mencarinya di lokasi-lokasi tertentu.
Seorang pelajar memperlihatkan gim yang tengah dimainkannya di sebuah saung di Kampung Ciames, Desa Gunungmasigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (7/6/2023). Karena sulit memperoleh sinyal, warga Ciames mesti mencarinya di lokasi-lokasi tertentu. /Pikiran Rakyat/Bambang Arifianto

PIKIRAN RAKYAT - Pemerintah tengah berupaya menyediakan akses internet cepat di seluruh Indonesia. Persoalannya, urusan sinyal komunikasi belum merata di negeri ini. Di Kampung Ciames, Desa Gunungmasigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, warga mesti berjuang untuk memperoleh sinyal demi bisa menelepon, mengirim pesan pendek hingga membuka media sosial dan bermain gim.

Wendi Wiradikusuma, 15 tahun, siswa kelas 9 Madrasah Tsanawiyah Al Mufti tersebut memperlihatkan layar telepon genggam di sebuah saung di Ciames pada Rabu, 7 Mei 2023. Layar gawai tersebut memperlihatkan ia tengah bermain gim favoritnya, Mobil Legend. Sejumlah teman sekolah juga tengah asik dengan telepon genggamnya di tempat yang sama. Saung yang berada di dekat permukiman warga tersebut menjadi salah satu lokasi nongkrong para siswa asal Ciames lantaran sinyal internet dan telepon masih menjangkau tempat itu.

Di permukiman dan sebagian besar wilayah perkampungan, warga sulit memperoleh sinyal. ‎"Lumayan susah, kudu milarian kamamana (Sinyal susah, harus dicari yang ada sinyalnya kemana-mana)," kata Wendi. Saung tersebut merupakan oasis para pelajar melepas dahaga memperoleh hiburan dari media sosial dan bermain gim karena sinyal masih lumayan tertangkap di sana ketimbang di rumah. Di saung tersebut, mereka juga bisa belajar secara daring kala pandemi Covid 19 tengah merebak dan mengharuskan kegiatan belajar mengajar dilakukan tak tatap muka.

Baca Juga: Kecepatan Internet Indonesia Berada di Urutan Terakhir di ASEAN

Saung memang dibangun karena warga merasa kasihan melihat para pelajar kepanasan kala mencari sinyal di lokasi tersebut. "Cingogo (Jongkok)," ucap Wendi tergelak menggambarkan kebiasaan anak-anak sekolah Ciames menadah sinyal di tempat itu saat saung belum dibangun. Ia mengaku pernah kesal lantaran kampungnya begitu susah mendapat sinyal. "Kadang sok dialungkeun HP mun kesel jaringan ngelag (Kadang telepon suka dilempar kalau jaringannya lambat)," ucapnya.

Hal itu terjadi sewaktu sinyal tiba-tiba ada di rumahnya. Kesempatan tersebut tak disia-siakan Wendi guna bermain Mobil Legend. Alih-alih mendapatkan kegembiraan, sinyal justru kembali raib sehingga gim yang dimainkan itu mandek. Saung bukan opsi satu-satunya anak-anak sekolah dari Ciames memperoleh sinyal yang lumayan stabil. Mereka juga mencari sinyal ke kampung tetangga di Cigintung. Di sana, terdapat warga yang memasang WiFi atau jaringan tanpa kabel.

Sementara pelajar Ciames lain, Wulan (13) berharap, sinyal komunikasi dan internet bisa lancar di kampungnya. Selain untuk hiburan, sinyal yang lancar juga mempermudah para siswa mengerjakan tugas sekolah.

Sulit sinyal di Ciames juga diakui pasangan suami istri, Syam (29) dan Oneng Maryani (26). Oneng mengaku kondisi tersebut sudah terjadi puluhan tahun. Untuk jaringan nirkabel saja, belum tersedia di Ciames. Lokasi lain yang menjadi tempat warga kampung itu memperoleh sinyal, tuturnya, ada di tanjakan lereng bukit. Sinyal masih menjangkau tanjakan tersebut karena letaknya yang tinggi. "Sore-sore paling seueur biasana anak-anak sekolah (Yang mencari sinyal di sana kebanyakan anak sekolah saat sore hari)," ucapnya. Mereka bahkan nongkrong di sana hingga malam untuk bermain gim.

Baca Juga: NATO Beri Sinyal Ukraina Segera Bergabung, Sekjen: Semua Anggota Setuju

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat