kievskiy.org

Bung Karno Menolak Diberhalakan, Pemimpin Sekarang Justru Gandrung Bikin Patung

Presiden Sukarno sedang berpidato di depan podium dalam sebuah acara.
Presiden Sukarno sedang berpidato di depan podium dalam sebuah acara. /Anri.go.id Anri.go.id

PIKIRAN RAKYAT - Patung Presiden Joko Widodo dibangun di Kabupaten Karo, Sumatra Utara menuai sorotan beberapa waktu lalu. Sebelumnya, patung Sukarno juga akan didirikan di Kompleks Gelanggang Olahraga Saparua, Kota Bandung.

Sebuah bentuk apresiasi ataukah pemborosan biaya demi pengultusan tokoh-tokoh itu? Pikiran Rakyat melacak sikap sang proklamator, Bung Karno atas hal-hal tersebut.

Resepsi itu digelar di Gang Kenari, Jakarta dengan kehadiran pengunjung yang membeludak. Hujan tak menggoyahkan para tamu untuk meninggalkan acara tersebut. Sosok utama yang paling ditunggu kehadirannya justru belum juga datang. "Ir. Soekarno beloem datang," tulis koran berbahasa Melayu, Bintang Timoer pada Senin, 25 Januari 1932 mengangkat maklumat resepsi penyambutan Bung Besar di Jakarta. Sekira 300 perempuan tak ketinggalan menghadiri kegiatan itu.

"Tatkala zaal soedah terlaloe penoeh, tidak akan moeal lagi barang satoe orang rasanja, mintak masoek 10 Kaoem iboe, maka orang berteriak soepaja dilapangkan tempat, sebab kaoem iboe maoe lihat Ir. Soekarno." Bung Karno akhirnya tiba disertai MH Thamrin. Ribuan orang menyambutnya dengan menyanyikan Indonesia Raya sembari berdiri. Dan Sukarno pun berpidato di depan massa.

Baca Juga: Perintah Pertama Sukarno Selepas Proklamasi Soal 50 Tusuk Sate dan Cerita Mobil Kepresidenan Curian

Ia berterima kasih atas penghormatan dan kecintaan terhadap dirinya. Namun, ia juga menyampaikan satu permintaan kepada banyak orang yang menghormatinya. "Ia harap soepaja penghormatan itoe tidak memberhalakan dirinja, djangan kiranja goena diri Soekarno," tulis Bintang Timoer.

Siapa yang cinta kepada Sukarno, mesti memberikan ikhtiarnya demi tercapainya persatuan nasional. "Kalau dapat, hendaklah setiap tiap rakjat Indonesia memberikan temponya 5 minuut sadja poen dalam 24 djam oentoek mendoakan kepada Toehan Allah, soepaja dapat persatoean rakjat."

Persatuan Rakyat. Ya, hanya itu keinginan Sukarno. Ketimbang dipuja-puja atau dalam bahasanya, diberhalakan, ia cuma ingin persatuan. Konteks resepsi itu diperkirakan berlangsung setelah Bung Karno keluar dari penjara Sukamiskin Bandung pada 31 Desember 1931. Sukarno memang memperoleh penyambutan besar dari masyarakat selepas bebas dari bui pemerintah kolonial Belanda.

Tangkapan layar koran Bintang Timoer pada Senin 25 Januari 1932 tentang pidato dan kehadiran Bung Karno dalam resepsi di Gang Kenari, Jakarta.
Tangkapan layar koran Bintang Timoer pada Senin 25 Januari 1932 tentang pidato dan kehadiran Bung Karno dalam resepsi di Gang Kenari, Jakarta.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat