kievskiy.org

Wisata Jejak Bung Karno di Bandung, Mengukur Cinta

Perancang perkotaan, Lian Lubis.
Perancang perkotaan, Lian Lubis. /Pikiran Rakyat

PIKIRAN RAKYAT - “Orang kaya mah bebas”. Istilah ini barangkali sering kita dengar terutama bagi mereka yang sehari-hari memelototi berbagai platform media sosial di layar handphone. Orang kaya memang bisa melakukan apa saja dan bebas berekspresi apalagi ketika mereka bisa berkolaborasi dengan pemerintah, dalam hal ini pejabat pemerintah yang memegang otoritas kekuasaan secara administrasi. Contoh yang teranyar adalah patung Presiden ke-1 Republik Indonesia Ir. Soekarno yang akan segera dibangun di Kota Bandung. Konon katanya, akan menjadi patung Bung Karno yang tertinggi di Indonesia bahkan di dunia. Lantaran bisa berkolaborasi dengan pemerintah, maka patung ini boleh didirikan di GOR Taman Saparua yang lahannya milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Dalam penggunaan dana khalayak juga tidak akan bisa protes. Kalau nyiyir sih soal lain karena hanya itulah kebebasan yang mereka punya saat ini. Alasannya, dalam pembangunan patung ini katanya sama sekali tidak menggunakan APBD dan APBN. Dana sebesar Rp14,5 miliar untuk pembangunan patung Bung Karno setinggi 22,3 meter diperoleh dari donatur-donatur yang sangat cinta Bung Karno, terhadap perjuangan Bung Karno. Berapa jumlah donatur-donatur tersebut dan siapa saja mereka barangkali tidak bisa juga dipublikasi dan barangkali mereka juga tidak butuh publikasi nama-nama mereka untuk menyatakan cintanya kepada salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia itu. Transparansi anggaran juga tidak bisa dituntut oleh khalayak karena sama sekali tidak menggunakan anggaran pemerintah.

Peninggalan Soekarno

Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud nyinyir terhadap rencana pembangunan patung Bung Karno tertinggi di Indonesia. Juga tidak bermaksud menggugat kolaborasi donatur pencinta Soekarno dengan Pemprov Jabar dalam hal ini Gubernur Jawa Barat. Saya hanya memberikan persepsi lain dan cara mengungkapkan cinta kepada Bung Karno dengan cara yang sedikit berbeda.

Merujuk artikel yang ditulis T Bachtiar, dalam pada kolom Pikiran-Rakyat.com edisi 22 Juni 2019, Soekarno disebutkan sempat magang di Biro Arsitek CP Wolff Schoemaker. Pada saat itu, Soekarno berkesempatan untuk ikut merancang pendopo Kabupaten Bandung, Pavilion Hotel Preanger, hingga penjara Sukamiskin. Selain itu, terdapat pula sedikitnya 10 bangunan karya Soekarno lainnya yang mungkin sebagian dari warga Bandung pun belum atau bahkan tidak mengetahuinya. Dari 10 banguan tersebut, ada dua yang sudah hilang tak bersisa. Seperti sebuah rumah di Jalan Abdul Moeis nomor 196 yang telah berubah menjadi sebuah bangunan bertingkat dan sebuah rumah di Jalan Gatot Subroto nomor 17 yang di lokasinya kini berdiri gedung bank swasta.

Delapan bangunan yang masih tersisa rancangan Bung Karno saat ini adalah rumah di Jl. Kasim nomor 6, 8, dan 9. Saat ini rumah tersebut masih mendapatkan perawatan rutin dari pemiliknya. Lalu, rumah di Jl Kaca-Kaca Wetan nomor 8, masih dihuni keluarga sang pemilik secara turun temurun. Kemudian, rumah di Jl. Dewi Sartika nomor 107 yang kondisinya masih sangat asli. Rumah di Jl. Pasir Koja nomor 25 juga menjadi salah satu cagar budaya yang harus dirawat, tapi kini kian terbengkalai. Sementara Rumah Kembar di Jl. Gatot Subroto, 60 persen bangunan tersebut sudah hancur dan tidak layak huni.

Bangunan lainnya, sebuah rumah di Jl. Palasari nomor 5. Meski tidak mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Kota Bandung, kondisi rumah tersebut sangat terawat. Bangunan bank di Jl. Dalem Kaum nomor 5, meski mayoritas arsitekturnya sudah berubah, masih menyisakan beberapa peninggalan aslinya. Bangunan lainnya, masjid di Jl. Viaduct yang digunakan sebagai kantor pusat PP Persatuan Islam (Persis).

Saya sangat yakin, jangankan warga sekitar, banyak warga Bandung pun tidak tahu bahwa sejumlah bangunan karya Soekarno bertebaran di kota kita ini.

Mengukur Cinta

Saya tentu bukan Dewa Cinta yang bisa mengukur rasa cinta para donatur dan Pemprov Jabar. Dalam hal ini, Ridwan Kamil terhadap Bung Karno. Bila kita mencintai seseorang, mana yang lebih berarti merawat peninggalan dan karya-karyanya atau membuatkan monumen cinta yang sangat besar kepada dia? Jawaban saya serahkan sepenuhnya kepada khalayak saja.

Peninggalan Bung Karno tentu sangat banyak di Kota Bandung, tidak hanya sebatas karya-karya arsitektur. Masih sangat banyak jejak sejarah Bung Karno di Kota Bandung di antaranya, Gedung Indonesia Menggugat yang merupakan tempat Soekarno bacakan pledoi yang fenomenal dan Penjara Banceuy yang menjadi saksi bisu lahirnya NKRI.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat