kievskiy.org

Toponimi Bandung: Sebuah Tinjauan Historis

Suasana alun-alun Kota Bandung.
Suasana alun-alun Kota Bandung. /Antara/M Agung Rajasa

PIKIRAN RAKYAT - Siapa tidak mengenal Bandung? Kota khas bentukan kolonial dengan legasi landmark arsitektur dan fasad kota compact khas kota-kota Eropa yang disertai ruang-ruang publik dan banyaknya area hijau menjadikan Bandung menyandang predikat Parijs van Java. Namun, apakah publik mengetahui dan mengenal asal muasal (kata) Bandung ini?

Dalam buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe, Haryanto Kunto menuliskan bahwa seorang pemimpin arsip negara-landsarchivaris di Batavia bernama Godee Molsbergen mencatat dan menyatakan bahwa Juliaen de Silva merupakan seorang Mardijker dan dapat ditengarai sebagai orang Barat pertama yang berkeliling ke wilayah Bandung yang kala itu lebih dikenal oleh pemerintah Belanda dengan sebutan Negorij Bandong atau West Oedjoeng Broeng.

Toponimi Kota Bandung juga berasal dari cerita rakyat atau folklore dari kata bandeng/ngabandeng yang dalam bahasa Sunda berarti genangan air yang luas dan tenang. Hal ini dikaitkan dengan keberadaan danau purba yang berada di wilayah Bandung ketika aliran Sungai Citarum di Padalarang tertutup oleh Gunung Sunda pada era zaman Holosen. Selain itu, kata Bandung juga ditengarai berasal dari kata bending atau bendungan yang artinya membentuk sebuah telaga.

Baca Juga: Priangan Setelah Hampir Dua Abad

Sumbatan aliran Sungai Citarum juga tergambarkan dalam cerita legenda Sangkuriang-Dayang Sumbi berupa erupsi dari Gunung Tangkuban Parahu serupa perahu tertelungkup yang ditendang oleh Sangkuriang. Erupsi lava gunung tersebut tersebar di daerah Ciumbuleuit dan sebagian menyumbat Sungai Citarum yang mengalir di lembah Cimeta di Padalarang, sehingga terbentuklah Danau Bandung yang sering juga disebut sebagai Situ Hiang.

Pendapat lainnya, mengatakan bahwa kata Bandung identik dengan kata ngabandeng, yang artinya berdampingan. Kata Bandung dalam bahasa Kawi juga memiliki arti yaitu persahabatan/perdamaian. Dalam bukunya Bale Bandoeng yang terbit tahun 1924, Hasan Moestafa menuliskan bahwa Bandung sama dengan kata bandungan yang berarti parahu paranti ngarungkupkeun heura dina situ atawa wiletan (perahu yang dipergunakan untuk menebarkan jaring dalam sebuah situ atau wiletan-danau).

Beberapa catatan lainnya dari Haji Hasan Moestapa dalam buku yang sama antara lain mengatakan bahwa kata Bandung juga dapat diartikan sebagai puji-pujian, minangka tungtung kapujian, cara dina elmu répok Lumbung Bandung sabab sok kongas eusina loba (ini merupakan pujian, seperti dalam elmu répok Lumbung Bandung (sebab termasyhur banyak isinya) dan Sumur Bandung caina tara saat-saat (Sumur Bandung airnya tidak pernah surut).

Baca Juga: Zaman Woningverbetering di Priangan Tempo Dulu: Rumah Bagus, Utang Menumpuk

Haryanto Kunto pun menambahkan, jika asal kata Bandung juga dapat ditelusuri dari abad ke-17, wilayah Bandung sering juga disebut dengan nama Tatar Ukur dengan penguasanya bernama Dipatiukur. Namun, menurut Budi Brahmantyo seorang geolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam bukunya Wisata Bumi Cekungan Bandung yang ditulis bersama T. Bahtiar, menyatakan bahwa nama Bandung diperkirakan sudah muncul lama sebelum nama Tatar Ukur.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat