kievskiy.org

Priangan Setelah Hampir Dua Abad

Suasana Grote Posweg Bandung tepian Sungai Cikapundung tahun 1935
Suasana Grote Posweg Bandung tepian Sungai Cikapundung tahun 1935 KITLV Universiteit Leiden Belanda

PIKIRAN RAKYAT - Ketika menulis disertasi, saya menyiksa diri sendiri. Susah payah saya baca buku jadul dari Andries De Wilde (1781-1865 ), De Preanger Regentschappen op Java Gelegen (Keresidenan Priangan yang terletak di Jawa). Gusti, buku Walanda, dari abad ke-19 pula.

Itu sekian tahun silam. Sekarang, alhamdulillah, pembaca Indonesia tidak perlu tersiksa. Buku terbitan 1830 itu sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Judulnya, Priangan. Hasil kerja keras penerjemah Karguna Purnama Harya ini diterbitkan oleh Pustaka Jaya pada 2023 ini, lebih kurang 193 tahun setelah kemunculan buku aslinya. Ambuing, hampir dua abad!

Dalam buku terjemahan setebal 188 halaman ini penulisan toponimi, tak terkecuali yang ejaannya mencerminkan salah kaprah telinga Eropa, tidak dimutakhirkan, melainkan dibiarkan seperti dalam buku aslinya. Contoh: "Tji-antjoer" untuk "Cianjur", "Pa-Koe miet-an" untuk "Pakemitan" (?), "Padjagalang" untuk "Pajagalan" (?), dan "Oedjongbrom" untuk "Ujungberung".

Selebihnya, isi buku ini enak dibaca. Apalagi gambar ilustrasi dari buku aslinya diperkaya dengan sejumlah gambar lain, termasuk gambar profil penulis buku. Buat peminat sejarah Priangan zaman kolonial, salah satu pintu jati yang begitu lama terkunci kini terbuka sudah.

Baca Juga: Kurban Politik Penentu Karier Politisi

Orangnya

De Wilde adalah salah satu juragan kebun terpenting di Priangan abad ke-19. Dia orang jegud, kaya raya, juga orang yang punya banyak gagasan seputar eksploitasi pertanian dan perubahan ekonomi masyarakat. Lahan pertaniannya terhampar baik di wilayah Bandung maupun terutama di wilayah Sukabumi, yang antara lain menghasilkan kopi, beras, dan tembakau. Peternakan kuda dan sapi, dia pun punya. Tanahnya dia dapatkan melalui lelang pada 1813 semasa Jawa dikuasai Inggris di bawah Gubernur Jenderal Raffles.

Riwayatnya dapat kita ikuti antara lain dalam buku C. Steinmetz, Nederlandsche Boeren in De Oost (Petani Belanda di Timur, 1941), juga disinggung-singgung oleh Ulbe Bosma dan Remco Raben dalam Being Dutch in Indies (Menjadi Belanda di Hindia, 2008). Tentu, dalam "Priangan" pun beberapa segi dari pengalamannya, terutama semasa dia jadi juragan kebun, tercakup pula. Sebuah riwayat yang berwarna-warni dan multicitra.

Mula-mula dia datang ke Hindia Belanda sebagai dokter bedah tentara. Beberapa tahun kemudian dia jadi dokter pribadi dan juru bahasa Gubernur Jenderal Daendels. Di lain periode dia jadi penanggung jawab vaksinasi. Lantas dia banting setir ke bidang pertanian, jadi pengawas perkebunan kopi. Pernah pula dia jadi asisten residen di Priangan. Pada gilirannya, dia dan beberapa investor lainnya memiliki perkebunan besar, dan terbilang sukses besar.

Baca Juga: Hakikat Mantra pada Era Milennial

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat