kievskiy.org

Kurban Politik Penentu Karier Politisi

Petugas memeriksa mulut hewan kurban kambing yang dijual di kawasan Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (20/6/2023).
Petugas memeriksa mulut hewan kurban kambing yang dijual di kawasan Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (20/6/2023). /ANTARA/Didik Suhartono

PIKIRAN RAKYAT - Musim kurban tahun ini bisa menjadi momentum upaya pendekatan bagi sejumlah politisi. Dikatakan demikian mengingat awal tahun depan menjadi waktu penting untuk menentukan karier politiknya. Dengan demikian, mestinya Idul Adha akan lebih meriah sehingga upayanya katara, karasa, dan karampa oleh calon konstituen.

Bisa jadi sebelum berkurban, politisi melakukan kukurusukan untuk menginventarisir daerah yang menjadi kantung suaranya kelak. Dalam kantong tersebut, bisa saja bukan hanya satu politisi yang berqurban sehingga persaingan menjadi berkembang. Namun demikian, keikhlasan dari mereka harus tetap dikembangkan agar tidak saling melemahkan atau menjelekkan satu dengan yang lainnya.

Disapirakeun

Ketika Ranny (1996) menyebutkan bahwa popular sovereignty berada di tangan rakyat, maka perebutan simpati berusaha memindahkannya agar berada pada dirinya kelak. Kepercayaan rakyat digalang dengan berbagai cara di calon daerah pemilihannya. Tidak hanya berdasarkan kapasitas dirinya yang memadai sebagai wakil pemilik kedaulatan, tetapi juga dengan sejumlah pedekate termasuk deukeut, deuheus, dulur, bahkan duit (D4) sekalipun.

Baca Juga: Balada Mimpi di Bulan Zulhijah

Bisa jadi sovereignty rakyat dicoba didekati dengan daging kurban agar dianggap deukeut untuk kemudian dianggap akrab alias deuheus bahkan diinginkan dianggap dulur. Bila sudah demikian, kemungkinan pilihan di area tersebut pun sudah berpotensi besar. Namun tidak seluruh elemen rakyat terjebak dagang sapi. Mungkin ada yang menebak bahwa kurbannya sebagai umpan politik saja, untuk kemudian melupakannya.

Tebakan di atas menjadi input bagi calon politisi yang akan bertanding. Perilaku sejumlah politisi yang terseret dalam sejumlah kasus dapat mudah direkam rakyat. Hal demikian menjadi bahan penting untuk kader parpol sekaligus parpolnya. Political equality yang terabaikan karena politisi lebih asyik dengan kepentingan diri dan tim suksesnya. Dampaknya, popular consultation sering tidak berjalan dan rakyat merasa disapirakeun.

Silaturahmi

Jika Dananjaya (1986) memosisikan kebutuhan dengan nilai dari sisi aktornya, maka Hogg (2017) memandangnya dari sisi sosial dengan social comparison. Cara berpikir dan prilaku akan dikomparasikannya dengan kebiasaan atau praktik disuatu daerah. Dengan demikian, kurban bisa menjadi penting sebagai media silaturahmi politisi dengan rakyat. Ikatan emosionalnya terbangun sehingga ketika dikomparasikan, dirinya bisa mendapat nilai positif dari rakyat.

Baca Juga: Pelaksanaan Sistem Cuti Bersama

Melalui entry point kurban, sejumlah persoalan bisa terus dikuakkan. Kemiskinan, pendidikan, serta kesehatan bisa terus diungkapkan oleh rakyat kepada dirinya secara terbuka tatkala sudah dianggap dekat. Dengan keasihannya, semua direkam dan disusun sebagai program kerjanya untuk dikompromikan dengan sejumlah pihak lainnya agar kepentingan rakyat tidak tergeser oleh kepentingan pihak lain yang dianggap berjasa dalam percaturan politiknya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat