kievskiy.org

Pesona Ibadah Kurban saat Idul Adha

Ilustrasi hewan kurban.
Ilustrasi hewan kurban. /Antara/Arnas Padda

PIKIRAN RAKYAT - Setiap kali memasuki bulan Dzulhijjah, kaum muslimin disajikan banyak amalan salehan yang dapat dilakukan. Salah satunya ialah qurban saat Idul Adha. Ibadah qurban memiliki banyak keistimewaan. Ibadah qurban pula merupakan salah satu ibadah yang terlebih dahulu dilakukan, kemudian disyariatkan.

Pelaksanaan qurban sudah sejak lama dilakukan. Melalui Firman-Nya, Allah SWT memberitahukan bahwa kurban telah dilakukan oleh tiap umat. Cara, ketentuan, dan dasarnya saja yang berbeda (Q.S Al Hajj; 34).

Sebagai contoh, peristiwa qurban yang terjadi masa nabi Adam as. Nabi Adam as memerintahkan kepada kedua putranya (Habil dan Qabil) untuk berqurban. Habil yang berprofesi sebagai peternak berkurban dengan kambing yang gemuk, sedangkan Qabil yang berprofesi sebagai petani, berqurban dengan buah-buahan yang busuk. Pada akhirnya Allah swt menerima kurban Habil dengan cara menyambar kurbannya, dan membiarkan qurban Qabil (lihat Kisah Para Nabi Ibnu Katsir, hal. 65). Selanjutnya Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as yang berkurban dengan seekor kambing besar sebagai balasan atas keimanan mereka kepada Allah swt (QS Al Shaffat 104-107).

Ibadah qurban memiliki pesona yang luar bisa. Bukan hanya disebabkan oleh sejarahnya yang panjang, melainkan banyak isyarat yang ditunjukan. Isyarat-isyarat dimaksud antara lain termaktub dalam Q.S Al Kautsar ayat 1-2, Al Hajj ayat 28, Al Shaffat ayat 102, dan beberapa hadis sahih Nabi Muhammad saw.

Baca Juga: Siapa Saja yang Berhak Dapat Daging Kurban? 3 Golongan Ini Harus Diutamakan

Dari beberapa dalil ilahiyyah di atas, terdapat beberapa petunjuk tentang keuntungan orang-orang yang berkurban di antaranya; 1) akan diampuni dosa, 2) mempunyai saksi di hari pembalasan, 3) dicintai Allah swt 4) dikuatkan keimanan, dan 5) mendapat balasan kebaikan. Keuntungan tersebut tentu menjadi pesona tersendiri.

Di Indonesia sendiri, pelaksanaan kurban masih terus semarak. Salah satu indikatornya adalah kebutuhan hewan kurban yang terus meningkat. Sampai-sampai, untuk pemenuhan hewan kurban pemerintah harus melakukan impor. Namun demikian, pada pelaksanaannya terdapat fenomena yang cukup menarik. Jika diperhatikan, dalam menyikapi ibadah kurban umat Islam di Indonesia dapat diklasifikasikan pada beberapa tingkatan. Berdasarkan hasil pengamatan, untuk sementara penulis dapat mengklasifikasikannya pada sembilan tingkatan:

Tingkatan pertama dinamakan ghairu muballin atau orang-orang yang acuh tak acuh. Mereka sama sekali tidak peduli dengan kehadirannya. Ada atau tidak pelaksanaan kurban, sama sekali tidak mempengaruhinya. Kelompok ini, tentunya harus disadarkan.

Tingkatan kedua ialah yabhatsun atau orang-orang yang saat tiba hari qurban, mereka mencari bagian daging hewan qurban. Dikatakan salah tentu saja tidak, karena itu hak mereka. Terlebih mereka berusaha mencari karena membutuhkan dan layak untuk menerima. Yang kurang elok ialah terjadi modus. Mereka mencari sebanyak-banyaknya tanpa memperdulikan yang lain, lalu hasil yang didapat dijual kepada penadah.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat