kievskiy.org

Hasto Menangis PDIP Ditinggalkan Jokowi: Manusia Bisa Berubah oleh Sisi Gelap Kekuasaan

Tangis Hasto Kristiyanto pecah saat menceritakan kesedihan PDIP ditinggalkan Jokowi.
Tangis Hasto Kristiyanto pecah saat menceritakan kesedihan PDIP ditinggalkan Jokowi. /Youtube/Akbar Faizal Uncensored

PIKIRAN RAKYAT - Air mata Hasto Kristiyanto tak terbendung kala menceritakan bagaimana Presiden Jokowi meninggalkan partai yang mengangkatnya ke puncak kekuasaan. Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP itu menyingung bagaimana di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri, partainya berhasil membawa Jokowi memenangkan Pilkada Solo, Pilgub Jakarta, hingga Pilpres selama 2 periode.

Akan tetapi, menjelang Pilpres 2024, Jokowi dan keluarganya yang juga berhasil meraih kekuasaan melalui PDIP satu per satu meninggalkan partai berlambang banteng tersebut. Mulai dari Gibran Rakabuming Raka yang jadi Cawapres Prabowo Subiano hingga Bobby Nasution yang mundur karena mendukung sang adik ipar.

"Dengan apa yang terjadi, bukan pada seberapa sakitnya, kami sudah biasa mengalami rasa sakit itu. Ini bagian dari gemblengan-gemblengan sejarah bahwa sakit ya kami enggak bisa Menutup Mata," tutur Hasto Kristiyanto, Kamis 9 November 2023.

Baca Juga: Relawan: Gibran Rakabuming Harapan Baru bagi Anak Muda

Menceritakan hal menyakitkan itu, dia pun langsung menangis. Sambil berurai air mata, mantan anggota DPR tersebut mengungkapkan bagaimana banyak kader juga ikut terkejut dengan apa yang terjadi.

"Kami sangat sedih, Ibu mega itu mengawal Pak Jokowi, semua, dan kami juga, saya belum menghitung berapa yang di ranting-ranting itu. Ketika bertemu dengan saya 'kenapa bisa seperti ini?' Saya hanya bisa memberikan penjelasan bahwa manusia bisa berubah oleh sisi-sisi gelap kekuasaan, tetapi yang paling penting bagi PDI Perjuangan bukan meratapi itu," kata Hasto Kristiyanto.

PDIP Tetap Maju

Meski sedih ditinggalkan Jokowi dan keluarganya, dia menekankan bahwa yang terpenting pada saat ini adalah bagaimana seluruh cita-cita bangsa yang dibangun dengan tumpahan darah dan air mata serta peristiwa-peristiwa heroik terus bergelora.

"Tidak boleh yang namanya kekuasaan kemudian diselewengkan hanya karena suatu ambisi, seorang pemimpin punya tugas mempersiapkan siapapun yang menjadi calon penggantinya," ucap Hasto Kristiyanto.

Sebagai contoh, dia menyinggung bagaimana Tri Rismaharini yang kini menjadi Menteri Sosial (Mensos) menjadikan Eri Cahyadi sebagai penggantinya untuk memimpin Surabaya. Menurutnya, Risma tidak berpikir bahwa penggantinya harus orang yang bisa dikontrol.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat