kievskiy.org

Kaesang Ingin Ubah Gaya Politik PSI: Ingat Gak? Dari 2014, Isinya Ribut Terus, Nyerang Sana Nyerang Sini

Ketum PSI Kaesang Pangarep.
Ketum PSI Kaesang Pangarep. /Instagram/@psi_id

PIKIRAN RAKYAT - Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Panagrep, menyatakan niatnya untuk membawa perubahan gaya politik di partai tersebut. Dalam pertemuan dengan perwakilan kelompok pemuda mahasiswa di Sorong, Papua Barat Daya, Kaesang mengungkapkan keinginannya untuk mengubah citra PSI yang selama ini dikenal agresif dalam menyuarakan pendapat.

“PSI yang dulu bisa dilihat, isinya striker semua istilahnya. Ingat gak, PSI dari 2014 didirikan isinya ribut terus, nyerang sana-nyerang sini,” kata Kaesang.

"Saya mau gaya yang berbeda. Gaya berpolitik yang santai. Kita gak perlu cari musuh, karena 1.000 teman itu kurang, satu musuh itu kebanyakan," sambungnya.

Ia menyampaikan keinginannya agar partai yang dipimpinnya tidak terus menerus terlibat dalam konflik verbal dan menyerang pihak lain. Sebaliknya, Kaesang berharap PSI dapat menjalankan politik yang santun dan membangun komunikasi yang lebih baik dengan masyarakat. Dalam beberapa kesempatan, Kaesang mengingatkan kader PSI untuk menjunjung tinggi politik yang santun.

"Tetap kita menjunjung tinggi politik yang santai, politik yang santun, tidak mencela orang lain, tidak nyinyir ke orang lain, turun ke masyarakat, sosialisasi langsung (program-program PSI, red.) ke masyarakat," ujar Kaesang kepada kader PSI di Sorong.

Baca Juga: Kaesang: Saya Akui Saya Ini Produk Instan, tapi Terpapar Politik Sejak Ayah Jadi Wali Kota Solo

Menanggapi kritik terkait pengangkatannya sebagai Ketua Umum PSI yang dianggap "instan", Kaesang menjelaskan bahwa dirinya sebenarnya telah terlibat dalam dunia politik sejak 2005, ketika ayahnya, Presiden Jokowi, menjabat sebagai Wali Kota Surakarta. Ia menyoroti pentingnya komunikasi dalam berpolitik, dan mengambil contoh pengalaman ayahnya saat melakukan relokasi pasar Klitikan.

Pendekatan-pendekatan, yang dilakukan melalui komunikasi secara langsung kepada para PKL dan pedagang pasar di Klitikan, pun gencar dilakukan oleh Jokowi saat itu. Dia saat itu rutin mengajak makan dan berdialog dengan para pedagang dalam waktu kurang lebih 7 bulan. Setidaknya, ada 50 pertemuan lebih digelar antara Jokowi dan para pedagang sampai akhirnya tercapai mufakat atas kebijakan relokasi tersebut.

"Saya belajar dari situ, ketika kita mau menginginkan sesuatu yang baik untuk semua orang, yang kita lakukan adalah komunikasi walaupun itu membutuhkan waktu yang cukup lama," ungkap Kaesang.

Meski terlihat seperti "instan," Kaesang menegaskan bahwa dirinya telah menjalani "on job training" dalam politik, belajar dari pengalaman ayahnya yang menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia dua periode. Kaesang berharap perubahan gaya politik ini dapat membawa dampak positif bagi citra dan kinerja PSI di mata publik.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat