kievskiy.org

Peneliti BRIN: Perubahan Format Debat Capres-Cawapres Sangat Terasa Melindungi Kelemahan Gibran

Ilustrasi debat calon Presiden.
Ilustrasi debat calon Presiden. /Pixabay/Gerd Altmann

PIKIRAN RAKYAT - Peneliti senior pusat riset politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Firman Noor menduga perubahan format debat capres dan cawapres sangat kental dengan nuansa untuk melindungi Gibran Rakabuming Raka. Pasalnya, cawapres nomor urut dua itu disebut minim pengalaman.

Meski, modifikasi format debat capres-cawapres sebenarnya bukan hal yang baru. Pada 2019 pengamat pemilu Titi Anggraini menilai pelaksanaan debat tidak sesuai dengan UU Pemilu.

Akan tetapi, hal itu tidak menimbulkan polemik karena setiap pasangan calon (paslon) setuju dan publik tidak menaruh curiga. Berbeda menjelang Pilpres 2024, karena modifikasi debat memunculkan dugaan adanya upaya untuk menguntungkan paslon tertentu.

”Modifikasi seperti ini sebenarnya sudah dianggap berlebihan juga oleh sebagian kalangan karena sangat terasa sekali nuansa melindungi kelemahan dari Gibran," kata Firman Noor, Senin 4 Desember 2023.

"Sebelumnya Pak Maruf yang sudah sepuh mau kok, dipersilakan berdebat. Masa ini yang katanya mewakili generasi muda kayak diduga dilindungi,” tuturnya menambahkan.

Mengapa Modifikasi Format Debat Menunjuk ke Gibran?

Menurut Firman Noor, Gibran Rakabuming Raka merupakan satu-satunya calon yang memiliki pengalaman terbatas. Sehingga, perubahan format debat Capres-Cawapres tentu akan mengarah kepada putra sulung Jokowi tersebut.

“Karena publik juga sudah tahu bagaimana kualitas Gibran, sosok yang memang dipertanyakan kelayakannya untuk bisa memimpin bangsa yang besar ini, salah satunya karena kemampuan berpikir dia yang sangat terbatas,” ujarnya.

Selain itu, Firman Noor melihat modifikasi format debat juga akan membuat masyarakat, khususnya pemilih, jadi tidak mampu melihat program dan kapabilitas paslon secara utuh.

“Berbeda jika capres atau cawapres sendirian dalam sorotan panggung. Kita bisa melihat dia apa adanya, mulai dari gestur, cara penyampaian dan yang ditunggu adalah bagaimana dia harus mencerna suatu pernyatan yang tidak mudah dijawab. Di situ kelihatan mana yang berisi dan tidak. Momen-momen ini bisa hilang dengan modifikasi ini,” tuturnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat