PIKIRAN RAKYAT - Elektabilitas pasangan calon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) naik dalam survei yang dilakukan lembaga survei ARCHI. Dalam survei periode 26 Januari—1 Februari 2024, elektabilitas AMIN mencapai 37,63 persen, semula 33,61 persen.
Sementara pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mengalami penurunan. Semula, elektabilitas pasangan tersebut mencapai 45,9 persen, kini 44,85 persen.
Direktur Eksekutif ARCHI Mukhradis Hadi Kusuma mengungkapkan, Prabowo-Gibran tetap memimpin dengan elektabilitas tersebut. Selanjutnya, pasangan calon nomor urut 3 Ganjar-Mahfud dengan elektabilitas 15,95 persen, dan golput 0,19 persen dan tidak menjawab 1,39 persen.
Survei itu dilakukan bagi warga negara Indonesia yang sudah memiliki hak pilih, yakni berusia 17 tahun atau yang sudah menikah. Total responden penelitian itu 2.400 orang yang tersebar di 38 provinsi dengan menggunakan metode stratified multistage random sampling dengan tingkat margin of error sekira 2 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Sementara dalam survei yang dilakukan lembaga survei Poltracking Indonesia periode 1—7 Januari 2024 terhadap 1.220 responden, elektabilitas Prabowo-Gibran mencapai 46,7 persen. Sedangkan di posisi kedua Anies-Muhaimin dengan elektabilitas 26,9 persen, dan Ganjar-Mahfud 20,6 persen. Menggunakan metode stratified multistage random sampling, margin of error survei itu sekira 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
LSI Denny JA melakukan survei elektabilitas capres-cawapres terhadap 1.200 responden, dilaksanakan 3—11 Januari 2024. Menggunakan metode wawancara tatap muka dengan kuesioner dan margin of error kurang lebih 2,9 persen, Prabowo-Gibran unggul dengan elektabilitas 46,6 persen. Sementara di posisi dua, Ganjar-Mahfud dengan elektabilitas 24,6 persen, Anies-Muhaimin 22,8 persen, dan belum menentukan pilihan 5,3 persen.
Pemilu pengaruhi emosi
Situasi Pemilu 2024 berpengaruh terhadap emosi para pendukung fanatik capres-cawapres di Pilpres 2024. Kesehatan dan pemilu bahkan menjadi bahan penelitian di berapa negara, kebanyakan menghubungkan antara pemilih dengan beberapa masalah kesehatan, salah satunya kesehatan mental.
Pilpres Amerika Serikat pada tahun 2020 contohnya. Dalam penelitian Timothy Fraser yang dirilis Cambridge University Press mengungkapkan, pemilihan presiden itu berdampak terhadap gangguan mental masyarakatnya, diperkirakan 12,5 persen orang Amerika Serikat mengalami gejala yang sesuai dengan kemungkinan diagnosis Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).