kievskiy.org

Cerita Caleg Miskin Maju di Pemilu 2024, Kampanye dengan Modal Seadanya

Alat peraga kampanye (APK) berjejer di Jalan Jenderal Sudirman, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu, 10 Januari 2024.
Alat peraga kampanye (APK) berjejer di Jalan Jenderal Sudirman, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu, 10 Januari 2024. /Pikiran Rakyat/Irwan Suherman

PIKIRAN RAKYAT - Juli Basaroni, 42 tahun, adalah pedagang mi ayam yang menjadi caleg DPRD Karawang, Jawa Barat, dalam Pemilu 2024. Sebelum berjualan mi ayam, dia bekerja sebagai buruh pabrik, dipecat perusahaan pada 2012.

Usai PHK, dia menjalani berbagai profesi, mulai dari pedagang kelontong, pecel lele, sampai akhirnya berjualan mi ayam. Kini, pendapatannya dari berjualan mi ayam itu per hari rata-rata Rp100.000.

"Saya masuk kategori masyarakat miskin kota. Keluarga saya terdaftar dalam bantuan masyarakat tidak mampu. Saya bisa disebut caleg miskin," katanya, belum lama ini.

Selama menjadi caleg, ayah empat anak itu telah menghabiskan Rp1,5 juta untuk proses pengurusan administrasi hingga kampanye. "Kadang saya berpikir, makan saja terbatas, saya mau jadi calon, apalagi saya melawan namanya politik uang. Walau kita tidak pakai politik uang, tapi segala sesuatu butuh uang."

Untuk mengakali biaya alat peraga kampanye (APK), dia mendapat bantuan dari caleg lain tingkat DPR dan DPRD Provinsi. "Kami saling berkolaborasi dalam kampanye."

Juli berkampanye sembari berdagang. Gerobak mi ayam dagangannya bahkan ditempel stiker.

"Ada beberapa yang beli (mi ayam) bilang, ini foto bapak? Kaget mereka, memang bisa tukang mi ayam jadi caleg. Ini buktinya saya bisa, artinya tidak pakai uang ya," katanya.

Selain itu, ada pula yang meremehkannya. "Ada juga yang bilang sok-sokan, dagang mi ayam mau jadi calon, tapi saya meyakini ini adalah proses," katanya.

Juli tidak sendiri, ada caleg lain yang juga sama-sama caleg miskin. Adalah Slamet Widodo, 44 tahun, caleg DPRD Kota Solo yang berjuang kendati dalam keterbatasan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat