kievskiy.org

TKN Bakal Selidiki Hoaks 'Korupsi' Prabowo melalui Pembelian Pesawat Mirage Qatar

Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menyapa relawan saat hadir mengikuti kampanye akbar di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Bandung, Kamis, 8 Februari 2024.
Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menyapa relawan saat hadir mengikuti kampanye akbar di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Bandung, Kamis, 8 Februari 2024. /Antara/Dhemas Reviyanto

PIKIRAN RAKYAT - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Habiburokhman akan menyeret hoaks perihal isu 'korupsi' Prabowo Subianto ke jalur hukum. Dia akan memastikan pelaku penyebar fitnah mendapatkan sanksi setimpal.

upaya hukum itu lengkapnya akan menyasar disinformasi narasi tentang Prabowo yang dituding menerima uang 'haram' hasil pembelian pesawat tempur Mirage 2000-5 dari Qatar.

"Soal (upaya hukum) apa, nanti kami pikirkan, tapi kami mengingatkan bahwa menyebarkan fitnah itu kan melanggar hukum. Jadi, tindakan yang kami lakukan pasti sesuai hukum dan perundangan yang berlaku," kata Habiburokhman di Jakarta Pusat, Sabtu, 10 Februari 2024.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan, Dahnil Anzar Simanjuntak ikut menjelaskan duduk perkara sebenarnya. Ia menegaskan bahwa berita itu sama sekali keliru.

Prabowo, kata Dahnil, tidak pernah mendapat 'upah' apa pun dari pihak Qatar, hanya karena membeli 12 pesawat Mirage 2000-5. Namun, dia mengamini bahwa Kementerian Pertahanan memang sempat berencana membeli 12 pesawat dari negara tersebut.

Tak sesuai rencana, Dahnil menjelaskan, kontrak pembelian tersebut pada akhirnya batal disebabkan oleh pertimbangan keuangan.

Setelah kontrak gagal, imbuhnya, pembelian 12 pesawat Mirage it hanya berakhir menjadi sebuah wacana. Dengan demikian tuduhan terhadap Menhan RI Prabowo merupakan hoaks dan fitnah.

"Jadi, tidak ada pembelian Mirage artinya tidak ada kontrak yang efektif di Kemhan terkait pembelian Mirage, jadi secara konten semua yang disampaikan adalah berita hoaks tersebut jelas adalah fitnah," kata dia.

Dahnil menyinggung nama situs Meta Nex, sebagai laman pertama yang menggaungkan informasi keliru itu. Namun, kata dia, informasi mendadak sudah menghilang dari situs.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat