PIKIRAN RAKYAT - Syarariyah tidak berharap banyak kepada tiga paslon capres-cawapres di Pemilu 2024. Warga Desa Bumi Harapan, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur itu tinggal menunggu waktu untuk tersingkir dari tanah kelahirannya.
Kediaman keluarga Syarariyah masuk dalam Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) dan akan menjadi jalan raya, sebagai akses menuju Ibu Kota Nusantara (IKN). Keresahan terus menghantui warga yang kediamannya sekira 5 km dari pusat IKN itu.
Dia berharap, sosok pemimpin yang bisa memenuhi hak-hak masyarakat setempat dan melibatkan mereka dalam pembangunan IKN. "Saya pikir dari ketiga capres itu, hampir tidak ada (yang memperhatikan warga terdampak IKN). Dari ketiga capres itu ada yang ndak mau melanjutkan IKN, salah satunya memikirkan industrinya sendiri, dan yang satunya lagi ndak tahu lah," kata dia di kediamannya, Ahad, 11 Februari 2024.
Sejak pembangunan IKN gencar, Syarariyah tak pernah menghirup udara bersih lagi. Jalan di depan rumahnya kini menjadi jalur utama kendaraan pengangkut material bangunan dan menyisakan debu yang tak ada habisnya, padahal semula jarang dilalui kendaraan.
Selain itu, saban mengendarai motor untuk mengantar anaknya sekolah, dia juga mesti berhadapan dengan truk-truk pengangkut material bangunan IKN itu.
"Kami ini ibarat hidup di sini ini terancam. Nyawa bisa hilang, kesehatan ndak sehat," tutur dia menegaskan.
Merasa tersingkir
Perempuan keturunan Suku Paser itu semula menyambut rencana pindahnya ibu kota ke Penajam Paser Utara, sekira 3,5 tahun lalu. Dia membayangkan, akan merasakan menjadi warga ibu kota, tetapi malah tersingkir dari tanah kelahirannya itu.
Dia mengatakan, belum menerima surat penawaran tanahnya. Sementara sejumlah tetangganya di Desa Bumi Harapan sudah pindah setelah menerima uang ganti rugi dari pemerintah.