kievskiy.org

Program Pendidikan Guru Penggerak Digencarkan, Terdapat Beragam Tantangan

Guru pengajar memeriksa kesiapan ruang kelas yang sudah ditandiai guna mengatur jarak antar siswa di SDN Korpri 2 Baleendah, Kabupaten Bandung, Selasa 9 Juni 2020.
Guru pengajar memeriksa kesiapan ruang kelas yang sudah ditandiai guna mengatur jarak antar siswa di SDN Korpri 2 Baleendah, Kabupaten Bandung, Selasa 9 Juni 2020. /Pikiran Rakyat/Ade Mamad

PIKIRAN RAKYAT - Kementerian Pendidikan, Kebuda­yaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tengah menggencarkan Program Pendidikan Guru Pengg­erak (PPGP).

Terdapat beragam tantangan yang harus dihadapi guru yang mengikuti program ter­sebut. Mulai dari menyesuaikan paradigma pembelajaran yang baru dengan yang sebelumnya telah tertanam lama, sampai persoalan zona nyaman.

Sebagaimana diketahui, hingga Mei 2022, PPGP telah memasuki angkatan kelima. Sejauh ini, sekitar 5.500 guru telah dinyatakan lulus sebagai guru penggerak.

Salah satunya, Aris Supriadi, guru SD Islam Terpadu Hidayah dari Ngawen, Klaten, yang mengikuti PPGP. Ia mengikuti pelatihan dalam pro­gram tersebut selama sembilan bulan. Aris merupakan anggota PPGP angkatan ketiga.

Baca Juga: Urutan Pangkat Polisi di Indonesia, Brigadir dan Bharada Lebih Tinggi Mana?

Aris menuturkan, selama pelatih­an, ia kerap diajarkan metode peng­ajaran yang berorientasi kepada kebutuhan siswa.

”Beberapa materi yang diajarkan adalah metode pembelajaran terdiferensiasi dan sosial emosi,” katanya, Rabu 13 Juli 2022.

Metode pembelajaran terdiferensiasi, katanya, merupakan pem­belajar­an yang sesuai dengan karakteristik anak, mulai dari siswa bertipe visual, yang lebih terbiasa menerima pelajaran dengan cara membaca atau me­lihat; tipe audio, yang lebih besar menerima informasi mela­lui pendengaran; tipe motorik, yang lebih bisa mencerna informasi dengan ber­ke­giatan di luar ruangan.

Aris mengaku, masih perlu banyak penyesuaian dengan paradigma-pa­ra­digma yang diajarkan dalam guru penggerak.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat