PIKIRAN RAKYAT - Badan Antariksa AS, NASA pada Kamis, 3 Desember 2020 memberikan kontrak kepada empat perusahaan untuk mengumpulkan sampel Bulan seharga 1 hingga 15.000 dolar AS atau setara Rp14.000-212 juta.
Harga rendah tersebut menjadi preseden untuk mengeksploitasi sumber daya ruang angkasa di masa depan oleh sektor swasta.
"Saya pikir sungguh menakjubkan bahwa kami dapat membeli regolith Bulan dari empat perusahaan dengan total 25.001 dolar AS," kata Phil McAlister selaku direktur Divisi Penerbangan Luar Angkasa Komersial NASA, seperti dikutip Pikiran-rakyat.com dari Science Alert.
Baca Juga: NASA Khawatir Konstelasi Satelit Bisa Timbulkan Ancaman Tabrakan
Adapun kontrak NASA terdiri dari Lunar Outpost of Golden, Colorado sebesar 1 dolar AS, ispace Jepang di Tokyo seharga 5.000 dolar AS, ispace Europe of Luxembourg seharga 5.000 dolar AS dan Masten Space Systems of Mojave, California seharga 15.000 dolar AS.
NASA berencana melakukan pengumpulan sampel termasuk debu Bulan selama misi tanpa awak yang sudah dijadwalkan ke Bulan pada tahun 2022 dan 2023.
Perusahaan-perusahaan tersebut akan mengumpulkan sejumlah kecil tanah Bulan yang dikenal sebagai regolith dan untuk memberikan citra kepada NASA tentang koleksi dan materi yang dikumpulkan.
![ILUSTRASI misi Artemis NASA yang rencananya akan mendarat di Bulan di tahun 2024.*](https://assets.pikiran-rakyat.com/crop/0x0:0x0/x/photo/2020/07/13/1403865694.jpg)
Baca Juga: Tiongkok Rilis Foto Bulan Paling Jernih dalam Misi Wahana Chang'e
Kepemilikan tanah Bulan kemudian akan ditransfer ke NASA dan akan menjadi satu-satunya milik NASA untuk digunakan di bawah program Artemis.