kievskiy.org

Penjelasan BMKG Soal Gelombang Panas Melanda Eropa, Dipastikan Tidak Terjadi di Indonesia

AIR lelehan dari puncak lapisan es Greenland bisa mengalir ke dasar.*/MARIA-JOSÉ VIÑAS/NASA/GODDARD
AIR lelehan dari puncak lapisan es Greenland bisa mengalir ke dasar.*/MARIA-JOSÉ VIÑAS/NASA/GODDARD


PIKIRAN RAKYAT - Baru-baru ini fenomena gelombang panas terjadi di sejumlah benua termasuk Eropa, Amerika Utara hingga Greendland.

Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi Geofisika (BMKG) menegaskan fenomena gelombang panas yang melanda sejumlah negara di Eropa dipastikan tak terjadi di Indonesia.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal mengatakan di wilayah Indonesia tidak dikenal gelombang panas, melainkan kondisi suhu panas harian.

"Di wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena cuaca yang dikenal dengan gelombang panas tersebut. Yang terjadi di wilayah Indonesia adalah kondisi suhu panas harian," kata Herizal melalui siaran pers di Jakarta, Minggu, 1 Agustus 2021, dikutip dari Antara.

Baca Juga: Ismail Haniyeh Terpilih Lagi Jadi Ketua Hamas Palestina, Masa Jabatan Kedua

Dia mengatakan Badan Meteorologi Dunia melaporkan kejadian gelombang panas di wilayah Amerika Utara yang memecahkan beberapa rekor suhu tertinggi, seperti di wilayah British Columbia Kanada setinggi 49,6 derajat Celcius dan 47,7 derajat Celcius di Phoenix Arizona pada pertengahan bulan Juni 2021 telah berdampak luas pada kehidupan manusia maupun ekosistem.

Herizal menjelaskan, pada pekan pertama Agustus 2021 sedang berlangsung kejadian gelombang panas di Eropa yang diprediksi bisa mencapai suhu 40 hingga 45 derajat Celcius di wilayah Eropa Selatan.

Gelombang panas atau dikenal dengan "heatwave" merupakan fenomena cuaca dimana suhu udara panas terjadi lebih tinggi 5 derajat Celcius dari rata-rata suhu maksimum harian di wilayah setempat, dan berlangsung selama lima hari atau lebih secara berturut-turut.

Herizal mengatakan fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Amerika, Eropa dan Australia, dan terjadi pada wilayah yang memiliki massa daratan yang luas.

Baca Juga: Uang Rp2 Triliun Sumbangan Akidi Tio Terkendala Pencairan, Ketua MUI Cholil Nafis: Sayang Segitu Banyak

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat