PIKIRAN RAKYAT - Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB) meminta agar setiap desa menyediakan rumah singgah sebagai tempat isolasi untuk mencegah penyebaran Covid-19. Rumah singgah tersebut diperuntukkan bagi para perantau yang nekad mudik menjelang Lebaran tahun ini.
Sekretaris Dinas Kesehatan KBB Nanang Ismantoro mengatakan, keberadaan rumah singgah dibutuhkan untuk memperketat pemantauan terhadap zona merah Covid-19. "Kami upayakan rumah singgah ini ada di setiap desa, bekerja sama dengan pemerintah desa setempat," katanya, Jumat 8 Mei 2020.
Menurut dia, pemerintah desa bisa mengalokasikan anggaran desa untuk menyediakan rumah singgah tersebut. Nantinya, dana itu diperuntukkan juga bagi penyediaan akomodasi dan logistik bagi para pemudik.
Baca Juga: Pelonggaran Transportasi Bisa Tingkatkan Lagi Kasus Covid-19 di Indonesia
Rumah singgah itu untuk menampung warga KBB yang baru saja tiba dari daerah terkonfirmasi Covid-19. Para perantau yang baru datang bakal diisolasi selama 14 hari di rumah singgah tersebut.
Nanang mengaku, sadar betul bahwa imbauan larangan mudik belum cukup ampuh untuk mencegah perantau pulang kampung. Dengan demikian, rencana rumah singgah itu sebagai upaya untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 dari perantau.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Minta Gugus Tugas Penanganan Covid-19 untuk Mengubah Strategi
"Ini strategi kami untuk mengantisipasi orang-orang yang mudik atau pulang kampung. Jadi ketika sampai di Bandung Barat harus diisolasi dulu di rumah singgah. Jangan sampai setelah di kampung lalu berkeliaran di masyarakat," katanya.
Selama pemudik diisolasi di rumah singgah selama 14 hari itu, petugas medis akan memantau langsung perkembangan kondisi kesehatan satu per satu pemudik. Para pemudik itu juga akan diwajibkan untuk melakukan rapid test.
"Minimal seminggu setelah stay di rumah singgah, kami akan lakukan rapid test kepada para pemudik," ujarnya.