kievskiy.org

Rengginang, Kudapan Tradisional yang Masih Diproduksi di Desa Bojongmekar-Bandung Barat

Ilah Hayati (55), menjemur rengginang buatannya yang baru selesai diproduksi di depan rumahnya, Kampung Ciwaru, Desa Bojongmekar, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (27/6/2023). Di tengah serbuan penganan modern, rengginang tetap bertahan jadi camilan favorit masyarakat.
Ilah Hayati (55), menjemur rengginang buatannya yang baru selesai diproduksi di depan rumahnya, Kampung Ciwaru, Desa Bojongmekar, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (27/6/2023). Di tengah serbuan penganan modern, rengginang tetap bertahan jadi camilan favorit masyarakat. /Pikiran Rakyat/Bambang Arifianto

PIKIRAN RAKYAT - Salah satu penganan khas masyarakat Sunda yang cukup kesohor adalah rangginang atau rengginang. Kudapan lokal tersebut tetap bertahan di tengah serbuan penganan modern-modern di pasaran. Bahkan, usaha pembuatan rengginang dengan cara tradisional masih berlangsung di Kampung Ciwaru, Desa Bojongmekar, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat.

Tampah untuk menjemur rengginang ‎yang baru rampung diproduksi tersebut berjejer di halaman rumah Ilah Hayati (55 tahun) di Ciwaru. Ilah memanfaatkan terik matahari yang menyegat siang itu guna mengeringkan kudapan buatannya. Selepas kering, rengginang-rengginang itu dimasukkan dalam kemasan platik dan dipajang di Warung Kirasa Teh Elis miliknya yang juga berlokasi di depan tempat tinggalnya.

"Kiripik, rangginang, sale," kata Ilah menerangkan kepanjangan nama Kirasa itu kepada wartawan Pikiran-Rakyat.com.

Baca Juga: Zaman Woningverbetering di Priangan Tempo Dulu: Rumah Bagus, Utang Menumpuk

Ya, penganan-penganan lokal tersebut memang menghiasi dan dijual di warung Ilah. Namun, rengginang tetap menjadi kudapan andalan yang dibuatnya. Ilah mulai merintis usaha produksi rengginang pada 2010. Awalnya, ia hanya coba-coba membuat penganan tradisional itu.

"Kawitna meser kanggo keperyogian nyarira, aya ide mending ngadamel (Mulanya, membeli rengginang untuk keperluan sendiri, lalu muncul ide membuat sendiri)," kata Ilah.

Kemampuan membuat rengginang didapat Ilah secara autodidak. Ia tak pernah belajar secara khusus kepada para pembuat kudapan tersebut. Kali pertama membuat, kegagalan langsung dialami Ilah. Rengginang buatannya kurang mekar atau pecah saat digoreng. Ia tak patah arang dan mencoba kembali membuatnya. Hasilnya tak sia-sia karenan rengginang produksinya laik dikonsumsi. Dari dua kali percobaan tersebut, Ilah bisa mengetahui penyebab rengginang tak mengembang pada tahap pertama karena kualitas bahan baku beras ketannya.

Baca Juga: Bakar Obat Nyamuk Saat Tak Tahu Gas Elpiji Bocor, Warga Cimahi Alami Luka Bakar Serius

Rupanya, kualitas beras ketan lokal yang berasal di sekitar lingkungan tempat tinggalnya kurang bagus. Hal itu terjadi karena penanamannya dilakukan berbarengan di lokasi yang sama dengan tanaman lain. Tanaman penghasil berat pulut harus ditanam khusus, alias tak boleh dicampur dengan tanaman lain agar kualitasnya terjaga. Ilah akhirnya memakai beras ketan yang dibelinya dari Karawang atau Subang guna bahan baku pembuatan rengginangnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat