kievskiy.org

Setelah Kereta Cepat Hadir, Warga Rende Bandung Barat Pakai Air Sawah dan Sumur Bor untuk Mandi

 Warga menunjukkan wadah berisi air dari sawah di Kampung Cigeblig, Desa Rende, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, pada Selasa, 26 September 2023.
Warga menunjukkan wadah berisi air dari sawah di Kampung Cigeblig, Desa Rende, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, pada Selasa, 26 September 2023. /Pikiran Rakyat/Bambang Arifianto

PIKIRAN RAKYAT - Deretan ember berisi air keruh terlihat di sebuah kamar mandi di Kampung Cigeblig, RT 1 RW 16, Desa Rende, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, pada Selasa, 26 September 2023. Air yang berasal dari sawah itu dipakai untuk keperluan mandi dan mencuci keluarga Mak Isah.

"Seueur caina cuma teu tiasa dianggo eueut, masak (Air sawah itu banyak, cuma tak bisa dipakai minum dan masak)," kata Leni, 48 tahun, putri dari Mak Isah kepada Pikiran-Rakyat.com di kediamannya. Untuk keperluan minum, Leni mengaku membeli air galon isi ulang dengan harga Rp8.000. Saban minggu, ia bisa membeli 1 hingga 2 galon air tersebut.

Sumber air bersih yang berasal dari mata air sebetulnya ada di bagian atas tempat tinggalnya. Air itu juga dipakai sejumlah warga dan keperluan masjid. Selain butuh izin karena mata air merupakan milik pribadi, Leni juga harus merogoh kocek lebih dalam jika ingin mengalirkan air bersih itu untuk keluarganya di rumah. Ia mesti membeli selang dengan panjang sekitar 500 meter. Kini, sudah sekira lima tahun Leni dan keluarganya memakai air sawah.

Baca Juga: Panitia Acara Bacapres Anies Baswedan Respons Keterangan Pemprov Jabar Soal GIM

"Satuntung aya proyek (Sepanjang ada proyek kereta cepat, kondisi itu terjadi)," ucap Leni.

Ya, sukarnya memperoleh air bersih bermula kala proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung hadir di sana. Kawasan Cigeblig menjadi salah satu wilayah yang diterobos terowongan sepur kilat tersebut. Kontras pun terjadi sebelum dan setelah proyek hadir.

"Sae cai teh tara saat (Sebelum ada proyek kereta cepat, air masih bagus dan tak kering)," ujar Leni.

Sumber air saat itu berasal dari mata air yang digelontorkan menggunakan pancuran. Kini, mata air itu sudah lenyap tergusur jalur kereta cepat. "Didinya pisan pas mentok terowongan (Letaknya, pas mulut terowongan)," ucapnya menggambarkan lokasi pancuran itu dulu. Warga, lanjutnya, memanfaatkan air tersebut untuk mandi dan keperluan minum. Warga tinggal datang langsung ke pancuran untuk mandi. Untuk minum, air pancuran dibawa warga ke rumah menggunakan wadah.

Leni mengatakan, bantuan sumur bor sebenarnya ada dari pihak kereta cepat. "Teu aya caian saurna mah (Katanya sumur bor tersebut tak ada airnya)," ujar Leni. Apa boleh buat, air sawah pun terpaksa dipakai Leni dan keluarganya meskipun warga lain menyebutnya keruh. "Ari atos kumaha deui da teu aya (Mau bagaimana lagi, airnya juga susah diperoleh)," ucapnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat