kievskiy.org

Menolak Lupa, Warga Adat Cireundeu Peringati 19 Tahun Tragedi Longsor Sampah TPA Leuwigajah

Warga adat Kampung Cireundeu menggelar peringatan tragedi longsor sampah ke-19 di lahan bekas TPS Leuwigajah Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi.
Warga adat Kampung Cireundeu menggelar peringatan tragedi longsor sampah ke-19 di lahan bekas TPS Leuwigajah Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi. /Pikiran Rakyat/Ririn Nur Febriani

PIKIRAN RAKYAT - Menolak lupa, warga adat Kampung Cireundeu menggelar peringatan tragedi longsor sampah ke-19 di lahan bekas TPS Leuwigajah Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Rabu, 21 Februari 2024. Kejadian tersebut mesti jadi pengingat untuk memperbaiki tata kelola persampahan agar tak terjadi bencana serupa.

Kegiatan dibuka dengan pengungkapan sejarah tragedi longsor sampah, dilanjutkan pembacaan rajah atau doa dan wejangan dari sesepuh Kampung Adat Cireundeu. Ditutup tabur bunga dan doa bersama diiringi alunan musik karinding di area tebing bukit sisa longsoran sampah di lahan bekas TPA Leuwigajah.

"Kegiatan hari ini bukan hal baru, sudah masuk 19 tahun peringatan tragedi longsor sampah di TPA Leuwigajah. Masyarakat mendorong bagaimana alam harus kembali ke kondisi semula," kata Ais Pangampih Kampung Adat Cireundeu Abah Widi.

Tragedi longsor sampah di TPA Leuwigajah berlangsung 21 Februari 2005 silam. Setelah diterpa hujan deras dan terpicu konsentrasi gas metan, gunungan sampah melibas permukiman di Kampung Cilimus dan Kampung Pojok perbatasan Kota Cimahi-Kabupaten Bandung Barat (dulu Kabupaten Bandung). Peristiwa itu menjadi cikal bakal peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) dan mendasari terbitnya UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

"Yang terdata 157 tewas, banyak korban lain tidak ditemukan. Harus menjadi trauma ke depan, kenapa kami selalu rutin melakukan ini sebetulnya punya pesan moral bahwa salah konsep salah aturan akhirnya sampah meledak. Jangan sampai kejadian lagi," ujarnya menjelaskan.

Pada masa kampanye Pemilu 2024, sejumlah caleg memanfaatkan tragedi longsor sampah TPA Leuwigajah sebagai isu yang disodorkan kepada masyarakat. "Setiap yang datang pasti bawa misi, nyatanya tidak ada yang punya solusi konkret peduli lingkungan," imbuhnya.

Dia turut menyoroti krisis sampah di wilayah Bandung Raya dampak kebakaran TPA Sarimukti. "Ketika ada musibah, berarti ada masalah pada tata kelola sampah. Harus belajar dari Leuwigajah," ucapnya.

Meski sudah menggelar peringatan setiap tahun, namun Abah Widi menyayangkan ketidakhadiran pemerintah yang bertanggungjawab atas longsor sampah di TPA Leuwigajah.

"Sampai sekarang belum sekalipun perwakilan pemerintah hadir, minta maaf pun jarak jauh. Harapan kami bisa lah nongol dan beri contoh. Dengan seperti ini tidak menunjukkan etika dan sopan santun. Di lahan ini ada mata air, karena salah kelola sampah berubah jadi tragedi yang mendatangkan air mata. Bukan hanya seremoni semata, tapi harus bersama-sama kembalikan alam bersih dan hijau," tuturnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat